Mohon tunggu...
IndahPutri R
IndahPutri R Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengupas "Hujan"

26 Februari 2018   21:53 Diperbarui: 26 Februari 2018   21:58 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat,Stadiun sepak bola (pengungsian).Setelah bencana besar terjadi, rumah-rumah penduduk digambarkan mengalami kehancuran. Para warga yang tidak memiliki tempat tinggal, dialihkan kedalam pengungsian ini. Lail dan Esok menjadi salah satu pengungsi di pengungsian ini. Mereka menjalani hari di pengungsian ini sampai keadaan luar paska bencana stabil.

Salah satu yang paling dekat dari rumah sakit adalah stadion sepak bola, Pengungsian Nomor 2. Stadion besar itu runtuh dua pertiga, tapi yang diperlukan adalah lapangan luasnya.

Kelima,Panti Sosial.Panti sosial menjadi tempat Lail tinggal setelah keluar dari tempat pengungsian. Panti sosial yang diasuh oleh Ibu Suri ini juga merupakan tempat dimana Lail bertemu dengan Maryam, sahabatnya.

Setiap lantai panti sosial memiliki dua petugas pengasuh yang bergantian mengawasi anak-anak. Kedua belas petugas itu dipimpin satu orang superintendent, seorang ibu berusia lima puluh tahun.

(hal 81)

Dalam novel ini, latar waktu yang digambarkan cukup beragam. Novel ini berlatarkan masa depan. Salah satunya adalah tahun 2042 dan 2050.

"21 Mei 2042," Elijah berkata takzim. "Itu hari yang tidak bisa kita lupakan." Itu benar. Semua penduduk bumi inngat sekali kejadian itu.

"Itu hari yang sangat mengerikan. Kejadian itu sudah berlalu delapan tahun, dan kita masih terus berusaha mengatasi akibat buruknya"

(hal 10)

Latar waktu pagi hari, banyak tergambar pada saat para tokoh melakukan aktivitas.

Di Pagi harinya, Esok mengajak Lail mengunjungi sebuah tempat.

(hal 108)

Pada beberapa kejadian, latar siang juga dipakai sebagai latar waktu. 

Di siang harinya, diumumkanlah kelulusan Lail dan Maryam dari Sekolah Keperawatan.

(hal 129)

Sore hari merupakan latar yang juga digunakan dalam cerita ini. Latar sore hari sering dipakai saat Lail mengingat kenangan tentang keluarganya, terutama ibunya. Seperti yang tergambar pada halaman 175

Sorenya, dengan masih diliputi sukacita lulus dari sekolah, Lail dan Maryam tiba-tiba dipanggil ke kantor Ibu

Malam hari merupakan latar yang paling sering digunakan dalam novel ini. Latar ini biasanya berisikan curahan hati Lail terhadap hari yang telah ia lalui, kenangannya bersama Esok, hingga kejadian penting saat Lail menjadi relawan terjadi pada waktu malam hari. Seperti pada halaman 203

Malam hari, disaat hujan badai, Lail dan Maryam memberikan peringatan kepada penduduk Kota Hilir Sungai bahwa kota tersebut akan dituruni air bah.

Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu.. Pembaca dapat melihat cerita secara utuh dari sudut pandang Lail maupun Esok. Pemakaian kata "Ia" dan "dia" juga menjadi penanda bahwa novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Lail dan anak laki-laki itu terjerembap di trotoar. Bangunan tangga darurat di belakangnya lenyap, ambruk ke bawah. Mereka sekarang berada di permukaan, muncul di persimpangan jalan. ..Lail tersengal, duduk di atas trotoar. Wajahnya pucat. Dia baru saja melewati kengerian yang tidak pernah bisa dia bayangkan sebelumnya.

(hal 94)

            Selain unsur Intrinsik, Novel juga memiliki unsur entrinsik. Latar belakang penulis merupakan  unsur entrinsik yang memengaruhi cerita. Tere liye merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara. Hidup dengan banyak saudara membuatnya mengerti berbagai permasalahan keluarga. Oleh karena itu,didalam novel ini, ia  dapat menggambarkan permasalahan keluarga antar tokoh dengan baik.

            Tere Liye mengeyam pendidikan dasar sampai menegah atas di Sumatera Selatan, sebelum kemudian meneruskan pendidikan di Universitas Indonesia fakultas Ekonomi. Latar belakang pendidikan membuat karya-karnyanya kerap kali tersisip masalah-masalah ekonomi. Tere Liye dibesarkan dilingkungan keluarga yang sederhana, karenanya karya-karya nya, termasuk Hujan cenderung beramanat untuk selalu bersyukur dalam menjalani hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun