Disana Nugroho, diujung lapangan dengan bola futsal digenggaman.
“Apa?”
Nugroho mengedikkan kepalanya kearah sudut lapangan, Anggi mengikuti pandangannya, disana Anton, dan Fajar nampak tengah berlatih. Anton menendang, Fajar menangkap, dan bergantian setelahnya. Anggi mengangguk paham, memberi kode kearah Nugroho bahwa dia siap. Nugroho bersiap dengan kuda-kudanya, begitupun Anggi.Dengan lekat Anggi mengamati tiap gerakan Nugroho, mengantisipasi semaksimal mungkin terjadi kegagalan
“Nyeri-nyeri moal benang di ubaran
Kajen tutumpuran paeh ge teu panasaran”
Saat mendengar lagu tersebut, sekejap fokus Anggi hancur berantakan. Kepalanya menoleh kearah sumber suara, bersiap mengeluarkan kata kasar sebelum
“Brukk..”
Nugroho sukses mendaratkan tendangannya di kepala Anggi
Tendangan yang sukses menambah satu perkara di hidup Anggi hari ini.
“Mempeng ngora keneh
Mempeng urang can batian
Pek geura serahkeun
Talak tilu sakalian”
Diiringi lagu Talak Tilu, Anggi perlahan membuka kedua bola matanya. Mencoba memahami situasi, ia akhirnya dapat mengingat tiap kejadian dengan tepat. Hal itu membuatnya tak perlu lagi menanyakan asal usul bebatan dikepalanya kepada gadis dipojok ranjang.
“syukurlah kamu sudah sadar”