Maka tersisalah Anggi disana, tetap berdiri, dengan keringat yang mulai meluncur turun, tangan bergetar, dan mata memanas. Bisa ia rasakan bisikan anak-anak dibelakangnya, beberapa berbisik iba,beberapa dengan nada mengolok.Bahkan, salah satu dari mereka nekat berceletuk
“Aduh alah ieung
Tega teh teuing”
Total 4 perkara sudah terjadi hari ini.
Tepat saat matahari memuncak, Anggi tegak berdiri ditengah lapangan. Bukan, bukan karena ia mendapat hukuman atau semacamnya. Entah kesialan apa yang membuatnya harus mendapatkan jam olahraga di siang hari.
“Baiklah, untuk kegiatan kali ini, silahkan berkumpul menurut kelompok masing-masing”
Suara bariton sang pelatih menggema di terik matahari. Anggi melengos mendapati dirinya terpaksa harus berkumpul bersama teman sekelompoknya. Matahari masih setia dipuncaknya, begitupun Anggi yang masih setia berada di puncak kekesalannya.
“Untuk setiap ketua kelompok, terlebih dahulu menemui saya untuk penjelasan materi”
Sungguh Anggi berharap tidak ada tambahan perkara untuknya dihari ini.Sungguh.
“Materinya futsal, yaudah lah ya. Tinggal main aja.”
Anton yang menjabat sebagai ketua kelompok kembali dengan 2 bola futsal di kedua tangannya. Anggi melirik anggota kelompoknya, terdiri atas 5 orang, dan 4 anggota selain dirinya adalah laki-laki. Anton, Fajar, Akbar, dan Nugroho. Meskipun Anggi terkenal sebagai murid yang tidak peka terhadap lingkungan, bukan berarti ia sama sekali tidak mengetahui kondisi di sekolahnya. Itulah sebabnya ia dengan jelas mengetahui bahwa semua anggota kelompoknya adalah anggota klub futsal.Bahkan bias dibilang bahwa mereka berempat bukanlah sekedar anggota futsal biasa.Anton sang ketua, Fajar si penjaga gawang ternama, Akbar yang terkenal dengan ke akuratan tendangannya, dan yang terakhir, Nugroho dengan kekuatan tendangannya.
“Anggi, bantuin guedong!”