Tapi sekali lagi cinta ini tidak akan terpupuk, jika hanya datang semusim. Cinta (terhadap pangan pengganti beras) harus terus dipupuk, disirami, agar merekah sepanjang hari dan seterusnya till the end of world. Tradisi itu dimulai dari kebiasaan yang diulang-ulang, sehingga menjadi budaya yang melekat.
Cinta dan kesetiaan tunggal terhadap nasi harus dikurangi dengan strategi jitu. Sehingga suatu saat kemelekatan kita terhadap nasi tidak terlalu kuat lagi.
Cinta terhadap pasangan sah (suami/istri) harus kuat, tapi kalau cinta terhadap nasi, kendor-kendorkanlah sedikit. Malah bagus kalau bisa selingkuh paralel dengan jagung, singkong, sagu, dan sorgum.
Salam.
Semoga harga beras segera normal kembali.
Sumber bacaan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H