Kemudian perawat menutup hidung saya dengan alat bantu nafas dan meminta saya menghirup dalam-dalam udara yang keluar. Saya merasakan udara yang sejuk lalu menghirup tiga kali hirupan, dan kemudian tak ingat apa-apa lagi.
Setelah operasi
Saya tersadar saat posisi sudah di luar ruang operasi. Saya didorong di atas bed, lalu dua perawat dan suami saya memindahkan badan saya ke bed yang lain. Bersama-sama dalam hitungan ketiga dengan mengangkat semacam terpal yang menjadi alas tidur saya.
Ada selang di hidung saya untuk membantu pernapasan dan saya merasa agak kesusahan bernapas. Napas saya terasa pendek-pendek.
Saya tidak tahu saya ada di mana, tapi sepertinya kami harus menunggu sebentar. Lalu tak berapa lama kemudian, perawat mendorong bed saya kembali ke kamar perawatan. Saya masih fly. Mata saya terpejam sehingga saya tidak menyadari kondisi sekitar.
Setelah beberapa lama kembali di kamar perawatan, saya baru sadar kondisi saya dengan payudara kiri kanan diperban, dan ada selang yang menghubungkan luka di payudara kiri ke sebuah botol untuk membuang cairan bekas luka.
Suami saya bercerita ternyata tumor/benjolan itu adalah kista yang berisi cairan. Selang itu akan terpasang sampai dokter yakin tidak ada sisa cairan dalam luka di payudara dan akan dilepas saat saya sudah boleh pulang.
Tidak enak sekali posisi saya dengan tangan kanan diinfus, kedua payudara diperban, dan selang menggantung di sisi kiri. Saya takut bergerak apalagi perawat meminta saya tidak banyak bergerak dan saya juga tidak boleh minum terlalu banyak dulu. Padahal saya sudah lapar.
Suami saya menyendokkan air  tiga-tiga sendok hanya agar bibir dan kerongkongan saya tidak kering.
Saya baru makan ketika petugas membawa makanan datang. Saya makan bubur dan disuapi suami sedikit-sedikit.