Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Menjalani Operasi Tumor Payudara

19 Januari 2024   20:58 Diperbarui: 20 Januari 2024   19:31 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengalaman menjalani operasi tumor payudara (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)

Saya sempat berdiskusi dengan suami sebelum menerima kelas 2. Daripada menunggu kamar kelas 1 kosong dan menunda operasi, lebih baik cepat saja.

Hampir pukul 17.00 ketika kami berangkat ke RS karena harus menunggu suami pulang kantor. Kami mendaftar lagi di admin rawat inap dan disuruh menunggu perawat menjemput. Saya dan suami menunggu di lobi RS sampai masuk waktu isya, baru perawat datang dan mengantar kami ke lantai 2 ke kamar 203.

Tak lama saya segera diukur tensi dan diinfus di tangan kanan serta diberi gelang tangan bertuliskan nama saya di tangan kiri. Untungnya saya sudah makan sebelum berangkat ke RS karena ternyata sudah lewat jadwal makan malam jadi saya tidak dapat makan malam lagi. 

Suami pergi ke swalayan dan saya hanya nitip semangka potong karena tidak nafsu makan. Saya makan semangka pukul 21.30  dan perawat menyampaikan bahwa saya harus puasa mulai pukul 02.00 dini hari

Pukul 02.00 perawat datang lagi mengukur tensi dan mengingatkan puasa. Lalu saya tidur dan bangun dalam kondisi siap operasi. 

Dokter Mursallim datang pukul 09.00 untuk mengecek kondisi saya. Lalu saya diantar perawat dengan memakai kursi roda ke ruang operasi sekitar pukul 10.00. Suami saya terus mendampingi.

Kami masuk di ruang transit, itu hanya istilah saya untuk ruangan tempat saya menunggu sebelum operasi. Saya disuruh berbaring di sebuah bed. 

Ternyata ada 3 pasien lain yang antre untuk operasi bedah. Sesuai urutan tingkat risiko, kami bergiliran masuk ruang operasi. Saya harus menunggu sekitar dua jam di ruangan itu, karena saya mendapat giliran terakhir untuk dioperasi.

Sebelum pukul 12.00, perawat mendatangi saya dan mengatakan sudah tiba saat saya harus dioperasi. Ia bersiap mendorong bed tempat saya baring. Saya antara blank dan pasrah sehingga tidak bisa mengucapkan apa-apa ketika suami saya mencium ubun-ubun saya dan mendoakan saya.

Saya dan perawat melewati lorong yang dingin memasuki ruang operasi yang lebih dingin lagi. Saya diminta beringsut ke meja/bed operasi.

Seorang dokter anestesi menyapa saya dan siap menyuntik obat bius sementara perawat yang tadi mengantar mulai menempelkan elektroda di punggung saya, lalu mengatur posisi tangan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun