Terapi ini menjadi sangat privasi karena sebagian orang juga memasukkan pencapaian-pencapaiannya dalam hal ibadah. Itulah mengapa list semacam ini hanya berguna untuk diri sendiri.
Jika kita share di media sosial, niat baik kita untuk membuat hari-hari kita waras, akan teracuni prasangka orang lain yang menganggap kita pamer.
Baru salat tahajud aja dipamerin
Ngobrol sama anaknya saja dianggap prestasi berarti sehari-hari kagak pernah ngobrol?
Lah bikin sarapan kan memang tugas seorang ibu, napa dia anggap pencapaian?
Komentar-komentar semacam itu yang keluar dari jari atau mulut tanpa dikontrol, akan membuat kita malah sakit mental.
Oleh sebab itu mulailah fokus pada diri sendiri. Menambah list kebaikan/pencapaian setiap hari dengan gembira.
Tak usah disebar-sebar, tak usah dijadikan status, tak perlu dukungan orang lain. Pendukung terbesar kita sebenarnya adalah kita sendiri. Banggalah dengan pencapaian Anda, dan bersyukurlah kepada Tuhan atas segala nikmatnya.Â
Semoga bermanfaat. Salam hangat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H