Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Resolusi Aira

15 Januari 2024   08:59 Diperbarui: 15 Januari 2024   09:07 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resolusi Aira (Sumber: pexels/Polina Kovaleva)

"Boleh, Nggak? Boleh, Nggak?" tanya Aira dengan nada mendesak.

Kedua orang tuanya berpandangan.

"Boleh ya? Ya? Ya?" gadis 17 tahun itu terus bertanya demi mendapatkan anggukan kepala orang tuanya.

"Acaranya apa saja?" tanya mama Aira untuk kesekian kalinya.

"Cuma makan-makan dan karaokean keluarga di rumah neneknya Ziska. Bahkan kalau Aira nggak mau nyanyi juga nggak dipaksa, kok. Nanti Aira, Ziska, dan Reni bermalam di rumah nenek Ziska. Banyak kamar kosong, karena rumah nenek Ziska itu kos-kosan."

"Reni diizinin orang tuanya?" tanya mama Aira lagi.

"Iya, diizinin karena rumahnya kosong. Orang tuanya pergi acara keluarga besar ngelamarin sepupunya. Jadi justru berterima kasih karena Reni ada yang nampung. Reni bahkan sudah bermalam kemarin di rumah Ziska."

"Ada siapa saja di rumah nenek Ziska? Tidak ada anak nakalnya, kan?" tanya papa Aira.

"Mana mungkin. Kakek Ziska dulu tentara, masak iya biarin cucu-cucunya nakal? Ini cuma saudara-saudara Ziska saja yang ngumpul. Om dan tantenya juga."

"Memangnya nggak mengganggu kalau gabung sama mereka di acara keluarga gitu, Nak?" tanya mama Aira.

Aira sudah setengah putus asa menjelaskan. Naga-naganya dia nggak dapat  izin nih, untuk bermalam tahun baru bersama Ziska dan Reni, sahabat-sahabat SMAnya.

"Nggaklah, Ma. Kan Ziska sendiri yang undang Aira untuk gabung. Intinya kami mau tahun baruan bertiga, nah kebetulan Ziska selalu ada acara malam tahun baru di rumah neneknya. Malah aman karena kami di rumah saja, tidak kelayapan ke diskotik, atau ke jalan raya motoran hura-hura," ucap Aira.

"Sini kasih dulu nomor hape mamanya Ziska, mama mau bicara sebelum izinkan kamu," pinta mama Aira.

Setengah hati Aira chat ke Ziska minta nomor hape mama Ziska untuk diberikan pada mamanya.

Nggak pakai lama,  mama Aira menghubungi mama Ziska dan mereka berbasa-basi di telepon. Setelah percakapan di telepon, kedua orang tua Aira masih berdiskusi dulu. Repot memang anak tunggal kesayangan yang diproteksi sedemikian rupa. Minta izin bermalam di rumah teman seperti minta izin mau keluar negeri.

Akhirnya izin bermalam keluar, tapi dengan catatan khusus dari papa Aira.

"Boleh bermalam tapi tidak boleh melakukan hal-hal yang mencemarkan nama baik keluarga. Boleh senang-senang dengan teman tapi harus ingat akhir tahun justru saat yang tepat untuk bermuhasabah. Introspeksi pada apa yang dialami selama tahun 2023 dan berjanji akan lebih baik lagi di tahun 2024. Papa minta Aira dan teman-teman Aira luangkan waktu untuk bikin resolusi 2024. Nanti pulang ke rumah, papa tagih resolusinya."

"Dih, repot banget sih?" batin Aira. Tapi demi izin, dia iya-iyain saja semua syarat papanya dan segera ngabur ke kamarnya ngatur baju dan barang-barang yang mau ia bawa bermalam di rumah nenek Ziska.

---

"Airaaaa!" jeritan Ziska dan Reni menyambut kedatangan Aira di rumah nenek Ziska. Aira sampai merasa jantungnya mau copot karena jeritan kedua temannya. Ziska segera mengenalkan Aira pada nenek dan kakeknya. Nenek dan kakek Ziska orangnya gaul dan santai. Mereka berdua malah senang ada yang bergabung di acara malam tahun baru keluarga.

"Tanteku yang di Makassar tidak datang, jadi nenek kakekku agak sedih. Nanti malam hanya ada mamaku, aku, adikku Silvi, om, tante dan dua sepupuku, lalu dua om dan tanteku lainnya. Dan yang penting banyak makanan," ucap Ziska.

"Nenekmu masih masak sendiri, Zis?" tanya Aira.

"Nggak. Semua makanan beli. Pokoknya kita tinggal makan. Ya paling bantu-bantu dikit atur piring. Nanti tante Wika yang komando. Selebihnya kita nyantai aja, ngobrol sendiri boleh, ikut karaoke juga boleh."

Aira manggut-manggut. Ia, Reni dan Ziska lalu menghabiskan waktu dengan ngobrol di kamar. Acara malam tahun baru dimulai setelah salat isya. Mereka bantu-bantu mengangkat makanan dan minuman ke aula, sebuah ruangan luas di rumah nenek Ziska.

Di aula sudah ramai saudara-saudara Ziska. Mereka duduk di karpet di mana ada banyak bantal duduk. Salah satu om Ziska sedang menghubungkan layar televisi besar dengan youtube lagu-lagu karaoke. Tak lama tembang lawas mengalun. Nenek dan kakek Ziska menyanyi lagu 'Sepanjang Jalan Kenangan'.

Mama Ziska menyuruh semua makan sambil mendengarkan orang berkaraoke.

Aira dan Reni mengambil lontong dan soto kambing yang tersedia. Di ronde kedua mereka makan mie goreng bakso sosis dan cap cay daging sapi. Lalu masih ada lasagna dan puding mangga serta es capucino cincau. Belum lagi keripik-keripik dan buah-buahan.

Ziska juga senang menyanyi. Ia menyanyikan lagu-lagu Tiara Andini, tapi lalu diprotes omnya yang ingin nyanyi lagu Terajana. Acara di rumah nenek Ziska sangat meriah.

Reni membawa gelas capucino cincau ketiganya lalu lahap menghabiskannya.

"Pelan-pelan, Ren," bisik Aira yang masih bisa mengendalikan nafsunya.

"Mumpung banyak makanan, Ra. Lah kamu ngapain makan dikit-dikit, lagi diet?" tanya Reni.

Aira menggeleng. Dalam kondisi perut kekenyangan, tiba-tiba ia teringat pesan papanya untuk membuat resolusi.

"Kamu pernah bikin resolusi, nggak, Ren?" tanyanya di kuping Reni karena om Ziska sedang meneriakkan Terajana! dengan nyaring.

"Nggak pernah. Lagian napa kamu tiba-tiba nanyain risoles?  Banyak resepnya kalik di cookpad," jawab Reni.

"Bukan risoles! Resolusi!" teriak Aira.

"Ada apa - ada apa nih? Kalian juga suka bikin resolusi awal tahun?" tanya Ziska tiba-tiba setelah sebelumnya ikut berjoged saat omnya menyanyikan lagu Terajana.

"Kamu pernah bikin resolusi, Zis?" tanya Aira.

Ziska mengangguk.

"Sudah lima tahun ini aku selalu bikin resolusi awal tahun, kok," ucapnya santuy.

"Nyontek dong, Zis! Papaku nyuruh aku bikin resolusi sebagai syarat aku boleh nginep sini," jelas Aira.

Ziska nyengir. Resolusi itu seharusnya berdasarkan kepentingan pribadi, apa yang ingin dicapai dalam setahun ke depan. Jadi rasanya nggak bisa dicontek-contek sembarangan. Tapi Ziska kan anak yang baik hati dan tidak sombong. Apa sih yang nggak bisa dilakukannya buat teman? Bisa semua!

"Sebentar ya aku ambilin list resolusiku. Tapi baru sampai nomor 9, belum selesai kutulis."

Reni dan Aira bengong. Resolusi atau daftar belanjaan kok banyak amat?

Berikutnya mereka lebih bengong lagi membaca daftar resolusi Ziska.

1. Jadi ranking 1 lagi

2. Ikut pemilihan ketua osis

3. Ikut pemilihan Indonesian Idol

4. Kursus bahasa Itali

5. Bikin 1 blog lagi beda niche

6. Belajar basket lebih serius

7. Ikut klub yoganya mama

8. Puasa senin kamis lebih sering

9. Belajar masak online

10....

"Apa resolusi itu harus sebanyak ini?" tanya Aira menelan ludah.

"Nggak juga, satu aja boleh, kok," ucap Ziska.

"Boleh nggak, misalnya tahun 2024 mau lebih baik lagi dari tahun 2023, gitu?" tanya Aira.

"Hmm, itu sih nggak terukur. Indikatornya apa kalau kamu lebih baik? Harusnya yang praktikal, yang jelas kayak punyaku gini," ucap Ziska.

"Punyamu parah, Zis. Gak ada yang bisa dicontek," gumam Reni. Aira mengangguk setuju.

Masih galau dengan resolusi tiba-tiba mereka dikagetkan dengan teriakan hampir semua saudara Ziska. Rupanya ada yang baru bergabung, sesosok tubuh jangkung berseragam. Nenek dan kakek Ziska tampak memeluk sosok tersebut.

Ziska ikut-ikutan mendekat.

"Kak Iyan! Kak Iyan!"

Reni dan Aira bengong menatap betapa pendatang baru berseragam itu dipeluk bergantian oleh semua saudara Ziska. Nenek Ziska dan sebagian om tantenya malah menangis.

"Siapa, sih?" tanya Reni. Aira mengangkat bahu tanda tak tahu.

Akhirnya mereka tahu juga bahwa Satriyana Bagus Dewantara alias Kak Iyan yang baru datang itu adalah sepupu Ziska yang sudah lama tidak kontak dengan mereka. Salah satu tante Ziska ada yang sudah meninggal, dan anaknya yaitu si Kak Iyan itu dibawa oleh ayahnya, ternyata sudah sebesar itu mana cakep, ramah, dan siswa sebuah sekolah kedinasan.

Setelah sibuk menjawab pertanyaan para om dan tante serta nenek dan kakeknya, Iyan menyempatkan menyapa teman-teman Ziska.

Jam 12 malam, acara selesai. Ziska dan teman-temannya membantu tante Wika membereskan ruangan, lalu mereka bertiga segera masuk kamar. Mereka belum bisa tidur sebelum menyelesaikan pe-er Aira, membuat resolusi.

"Kayaknya aku sudah tahu resolusiku tahun ini, Zis," bisik Aira.

"Bagus dong, segera tulis biar tidak lupa," ucap Ziska lega. Soalnya ia sudah mengantuk.

"Apa itu resolusimu?" tanya Reni.

Aira senyum-senyum. "Boleh kan kalau resolusinya rahasia?"

Kedua temannya mengangkat bahu. Mereka berdua sudah tidak punya tenaga untuk membuka mata, ingin langsung tidur begitu menyentuh bantal. Tinggal aira dengan resolusi yang mengiang-ngiang di kepalanya: Tahun 2024 ia harus jadi pacarnya Satriyana Bagus Dewantara!**

#cerpenresolusi

#pulpen

#sayembarapulpenxi

Indah Novita Dewi menulis cerpen sejak remaja dan ia suka menulis cerita yang ringan, kocak dan menggemaskan tentang dunia remaja.

Indah Novita Dewi (Sumber: koleksi pribadi Indah)
Indah Novita Dewi (Sumber: koleksi pribadi Indah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun