"Apa resolusi itu harus sebanyak ini?" tanya Aira menelan ludah.
"Nggak juga, satu aja boleh, kok," ucap Ziska.
"Boleh nggak, misalnya tahun 2024 mau lebih baik lagi dari tahun 2023, gitu?" tanya Aira.
"Hmm, itu sih nggak terukur. Indikatornya apa kalau kamu lebih baik? Harusnya yang praktikal, yang jelas kayak punyaku gini," ucap Ziska.
"Punyamu parah, Zis. Gak ada yang bisa dicontek," gumam Reni. Aira mengangguk setuju.
Masih galau dengan resolusi tiba-tiba mereka dikagetkan dengan teriakan hampir semua saudara Ziska. Rupanya ada yang baru bergabung, sesosok tubuh jangkung berseragam. Nenek dan kakek Ziska tampak memeluk sosok tersebut.
Ziska ikut-ikutan mendekat.
"Kak Iyan! Kak Iyan!"
Reni dan Aira bengong menatap betapa pendatang baru berseragam itu dipeluk bergantian oleh semua saudara Ziska. Nenek Ziska dan sebagian om tantenya malah menangis.
"Siapa, sih?" tanya Reni. Aira mengangkat bahu tanda tak tahu.
Akhirnya mereka tahu juga bahwa Satriyana Bagus Dewantara alias Kak Iyan yang baru datang itu adalah sepupu Ziska yang sudah lama tidak kontak dengan mereka. Salah satu tante Ziska ada yang sudah meninggal, dan anaknya yaitu si Kak Iyan itu dibawa oleh ayahnya, ternyata sudah sebesar itu mana cakep, ramah, dan siswa sebuah sekolah kedinasan.