"Nenekmu masih masak sendiri, Zis?" tanya Aira.
"Nggak. Semua makanan beli. Pokoknya kita tinggal makan. Ya paling bantu-bantu dikit atur piring. Nanti tante Wika yang komando. Selebihnya kita nyantai aja, ngobrol sendiri boleh, ikut karaoke juga boleh."
Aira manggut-manggut. Ia, Reni dan Ziska lalu menghabiskan waktu dengan ngobrol di kamar. Acara malam tahun baru dimulai setelah salat isya. Mereka bantu-bantu mengangkat makanan dan minuman ke aula, sebuah ruangan luas di rumah nenek Ziska.
Di aula sudah ramai saudara-saudara Ziska. Mereka duduk di karpet di mana ada banyak bantal duduk. Salah satu om Ziska sedang menghubungkan layar televisi besar dengan youtube lagu-lagu karaoke. Tak lama tembang lawas mengalun. Nenek dan kakek Ziska menyanyi lagu 'Sepanjang Jalan Kenangan'.
Mama Ziska menyuruh semua makan sambil mendengarkan orang berkaraoke.
Aira dan Reni mengambil lontong dan soto kambing yang tersedia. Di ronde kedua mereka makan mie goreng bakso sosis dan cap cay daging sapi. Lalu masih ada lasagna dan puding mangga serta es capucino cincau. Belum lagi keripik-keripik dan buah-buahan.
Ziska juga senang menyanyi. Ia menyanyikan lagu-lagu Tiara Andini, tapi lalu diprotes omnya yang ingin nyanyi lagu Terajana. Acara di rumah nenek Ziska sangat meriah.
Reni membawa gelas capucino cincau ketiganya lalu lahap menghabiskannya.
"Pelan-pelan, Ren," bisik Aira yang masih bisa mengendalikan nafsunya.
"Mumpung banyak makanan, Ra. Lah kamu ngapain makan dikit-dikit, lagi diet?" tanya Reni.
Aira menggeleng. Dalam kondisi perut kekenyangan, tiba-tiba ia teringat pesan papanya untuk membuat resolusi.