Eh, menangis pula dia.
"Kenapako nak?"
Luluhlah aku. Kulepas pisau begitu saja di lantai macam tokoh sinetron lagi dapat adegan kaget. Kudekati anakku dan kupeluk walau badannya bau kaci.
"Ada apa nak?"
"Mak, mulai besok aku harus masuk sekolah jam lima pagi!"
Kurenggangkan pelukanku, tak percaya menatap wajahnya yang kuyu.
"Aaaappppaaaa??!!"
(Mata melotot, kamera zoom in, zoom out)
"Malangnya nasibmu, Naaak!"
"Iya, Maak, bagaimanami ini huhuhu."
Kami pun bertangis-tangisan macam habis nonton drama India.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!