"Untuk menghemat waktu di lapangan nanti?" tanya saya.
"Apa lagi yang lebih krucial?"
"Memastikan semua fitur berfungsi dengan baik?" tanya mas Dino.
"Itu juga benar, ada satu lagi, apa?" tanya mas Uyab lagi.
Lalu mas Uyab menjawab sendiri, "Untuk menghindari eror atau kesalahan. Pada kondisi real di lapangan, jarak antara site dengan titik random itu jauh. Belum lagi kalau medannya sulit, karena kita ngomongin habitat satwa liar yang hutan atau pegunungan. Sampai di titik sampel dan dalam kondisi capai, untuk melakukan setting dari awal itu adalah sesuatu yang butuh konsentrasi. Beda kalau semua sudah kita setting dari awal, dan tinggal ngecek saja saat memasang nanti."
Oooh, kami pun manggut-manggut.
"Baik, sudah siap semua? Ayo kita let's go ke arboretum."
Sebelum berangkat, kami menekan tombol off pada kamera trap. Kamera harus dimatikan untuk menghemat baterai, karena jarak dari site ke lokasi biasanya jauh. Selain itu jika kamera on dan motion test sudah diokekan, maka dalam perjalanan kamera akan 'bekerja' merespons gerakan dan panas. Akibatnya data akan penuh dengan gambar-gambar tak bermakna akibat kelalaian kita.
Dalam perjalanan ke arboretum, mas Suher muncul dan bergabung dalam rombongan.
Sesampai di arboretum, mas Uyab menyilahkan kami untuk memilih pohon yang paling tepat sebagai tempat memasang kamera trap untuk menangkap pergerakan kucing yang diasumsikan sering hang out di arboretum, haha.
Saya langsung menemani mbak Titi mencari tanah yang agak datar dan pohon yang tepat.