Terserah kau bilang seperti itu, Rodolfo. Ini anak kami. Yang tanggung jawab kalau kenapa-kenapa, ya kami. Bukan kamu. Ngapain kami mengabaikan intuisi kami sebagai orangtua, dan mendengarkan ocehan receh dari orang yang hanya melihat anak kami sekilas.
Hei, kami yang mendampingi dia setiap hari, Mukidi.
Jadi kondisi Emir waktu itu, suka melihat roda yang berputar dengan intensitas yang tidak biasa; belum bisa bicara dengan lancar kecuali hanya ujung-ujung kata; lebih sering menunjuk-nunjuk barang saat ingin sesuatu dan tidak mengatakannya; cenderung sulit berinteraksi - hanya saya dan papanya yang bisa 'pegang' dia.
Singkat cerita kami membawa Emir terapi secara rutin. Pilihan tempat terapi waktu itu adalah di poli rehabilitasi medik RS dr Sardjito Jogja. Emir harus terapi dengan jadwal tiga kali seminggu. Yang nantinya berkurang menjadi dua kali seminggu, lalu sekali seminggu, dan selesai.
Terapi tumbuh kembang itu dapat kami pilih apakah menggunakan fasilitas umum atau BPJS. Saya lupa berapa biayanya kalau umum. Yang jelas pengeluarannya akan sangat lumayan jika memakai fasilitas umum dan harus rutin tiga kali seminggu terapi.
Jadi kemudian suami saya memutuskan untuk memakai BPJS.Â
Tidak antre?
Ouh, Marimar ... di mana ceritanya BPJS tidak antre? Tentu saja antre donk. Jadi kami pakai taktik, di pagi hari suami berangkat naik motor duluan untuk daftar dan antre.
Saya menyusul sekitar satu jam setelahnya bersama anak, naik angkot. Kadang saat suami masih di rumah sakit dan saya masih di rumah, suami kirim SMS...dapat antrean nomor sekian. Lalu kami prediksi jam berapa tiba giliran Emir. Kadang prediksi kami tidak tepat, jadi masih harus menunggu antrean berjam-jam.
Wah, kalau saya ingat, sungguh perjuangan yang luar biasa untuk ukuran kami. Apalagi anak tidak selalu anteng dan kooperatif saat harus menunggu. Namun di ruang tunggu poli rehabilitasi medik tersebut, kami belajar apa artinya sabar.
Belasan orangtua, dengan kondisi anak yang sebagian besar lebih parah dari anak kami, duduk dengan sabar menjalani rutinitas terapi tumbuh kembang.