Rasa romantis dan kenangan masa lalu membuat manusia Indonesia kasak-kusuk lagi bikin seragam reuni (pada umumnya kaos reuni).
Untuk kaos reuni saja saya sudah mengoleksi kaos reuni SD, SMP, SMA, dan S1. Kaos S1 nya malah ada dua. Untung tidak ada reuni TK dan jenjang pendidikan lainnya.
Kaos-kaos itu umumnya jarang dipakai kembali, teronggok di lapis paling bawah lemari. Bagus kalau belum dilungsurkan ke orang yang biasa minta baju layak pakai ke rumah.
Mau Diapakan Semua Baju Seragam Itu?
Fenomena seragam yang bertumpuk-tumpuk ini sebenarnya menggelikan dan cermin dari sifat manusia yang kontradiktif.
Ia diciptakan berbeda, secara fitrah berbeda satu sama lain. Bahkan manusia kembar juga memiliki perbedaan. Meski secara fitrah berbeda, tapi manusia selalu berusaha menyatakan bahwa mereka sama. Memiliki kesamaan hobi atau pekerjaan atau kegiatan yang ditunjukkan dengan simbol baju seragam.
Lucunya lagi, walau seragam, manusia masih ingin menunjukkan bahwa ia lain dari yang lain. Ini khususnya pada kasus baju seragam yang dibagikan dalam bentuk kain.
Kain yang dibagikan akan dijahitkan dengan model yang unik, dirasa paling keren dan menonjol lebih dari temannya di satu komunitas yang menggagas kain seragam tersebut.
Banyaknya baju seragam koleksi dari sekian tahun bekerja dan berkomunitas dalam berbagai kegiatan menimbulkan masalah lain dalam hidup. Hampir setengah isi lemari dipenuhi baju seragam ini-itu.
Sebagian mungkin kainnya enak dipakai sehingga masih dikenakan sehari-hari. Sebagian lagi nyaris tak pernah disentuh lagi karena tidak suka modelnya, kainnya terlalu tipis atau terlalu tebal, atau alasan lain seperti sudah kekecilan.
Mau diapakan baju-baju itu?