Aku menggeleng-gelengkan kepala. Tidak mungkin akan kususul Dara. Tanpa membuang-buang waktu, aku segera melesat ke ruanganku untuk mengambil berkas dan melangkah tergesa ke ruang rapat.
Bos dan beberapa petinggi kantor sudah ada di ruang rapat. Wajah bos terlihat bete karena menunggu.
"Bu Syanne, Anda terlambat! Mana bu Dara?!" tanya bos ketus.
Aku berusaha menjelaskan seefektif mungkin tanpa menjelekkan Dara. Bos malah semakin kesal. Tapi lalu ia segera memintaku presentasi.
Karena sudah latihan selama seminggu belakangan, presentasiku lancar. Muka kusut bos mulai mencair setelah aku selesai presentasi.
"Bagus, Bu Syanne. Saya puas dengan kinerja ibu. Konsep yang dikirim bu Dara sebetulnya juga bagus. Tapi kali ini saya kecewa dengan kinerjanya. Proyek ini akan saya serahkan pada bu Syanne. Harap kerjakan dengan baik dan jangan kecewakan saya, ya?."
Aku mengangguk gembira. Alhamdulillah, proyek ini memang sudah kuincar lama. Proyek senilai 7 M. Proyek yang diidam-idamkan seluruh staf.
Kebijakan dari bos, hanya aku dan Dara yang ia suruh menyusun proposalnya. Sudah beberapa kali seperti itu dan Dara selalu keluar sebagai pemenangnya.
Kali ini giliranku yang menang. Walaupun harus menempuh jalan keliru. Pura-pura jadi hantu masa lalu Dara.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H