Aku mengangguk.
"Lalu siapa yang tega mengorek kisah usang?" Dara masih bertanya tak mengerti.
"Tanya pada Miskan. Mungkin ada orang yang tak suka padanya. Atau tak suka padamu," cetusku.
Dara meraih ponselnya lagi, lalu mengetik sesuatu. Aku masih menungguinya.
Tak apa, pekerjaanku sudah beres. Proposal sebuah proyek sudah kelar kususun dan kuprint. Print outnya sudah kuserahkan bos. Aku siap presentasi kapanpun.
Jadi tak mengapa kalau aku membantu Dara mencari tahu orang yang mengerjainya.
"Kak Miskan tidak ganti nomor. Dia tak tahu menahu dengan chat barusan."
Dara menjelaskan padaku setelah mendapat balasan dari Miskan.
Aku mengangguk dan berusaha memikirkan kemungkinan lain.
Dara duduk bertumpu dengan sikunya di meja. Wajahnya bertambah kusut.
"Aku menyesal dengan apa yang kulakukan dulu," bisiknya.