Dan pada praktiknya di kantor-kantor yang manajemennya tegas, satu hari izin saja, kita dianggap mengambil cuti. Itu termasuk di kantor saya. Jadi harus potong cuti. Kalau sering izin sama aja ntar hak cutinya cepat habis.
Contoh kasus 2: si Fulanah bolos selama 10 hari berturut-turut, maka dia terkena hukuman disiplin berat berupa pemecatan, atau istilah dalam bahasa hukum pada PP 94/2021 adalah "pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri."Â
Tapi benarkah peraturan itu dapat berperan sebagai pisau dengan dua sisi yang sama tajam? Apakah pernah ada cerita PNS dipecat hanya gara-gara bolos? Tentu ada, dong.Â
Jadi pada tahun-tahun awal masa kerja saya, alkisah ada seorang pegawai bernama Jay (bukan nama sebenarnya). Sejak saya masuk sebagai pegawai baru, saya jarang melihatnya. Lalu tiba-tiba dia nongol dan rajin masuk hampir tiap hari.
Usut punya usut, akhirnya saya tahu siapa Pak Jay. Beliau sudah menghilang selama hampir 9 bulan tanpa informasi sedikit pun.
Ditambah lagi beliau ini bukan pegawai yang 'bersinar' sehingga bos juga abai dan nggak mencari-cari. Tapi mungkin begitu bos sadar, bos saya ini melaporkan pak Jay ke kantor pusat. Prosedur pemecatan sudah diproses.
Saat proses itulah pak Jay, entah diberitahu siapa, mulai rajin masuk kantor. Nah, dengar mau dipecat, baru mau masuk kantor, selama ini 9 bulan kemane aje.Â
Sakit pun sepertinya tidak. Beliau juga berusaha pedekate ke bos saya waktu itu yang terkenal sangar. Bos bergeming. Proses sudah telanjur difollow-up. Akhirnya jatuhlah talak, eh ... surat pemecatan, dan pak Jay pun harus pergi tereliminasi.
Lain lagi cerita pak Bei. Saya tidak pernah mengenalnya. Hanya sayup-sayup mendengar namanya. Menurut kabar dia sakit, tapi ada yang bilang tidak.Â
Bos saya sudah ganti, bukan yang sangar lagi. Entah apa yang terjadi, pak Bei bisa lolos dari hukuman karena tidak ada yang berinisiatif memroses hukuman.
Nah, sudah kelihatan benang merahnya?