Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

7 Alasan Mengapa Perempuan Indonesia Harus Nonton "Kartini"

1 September 2021   15:37 Diperbarui: 1 September 2021   17:57 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat yang menyala-nyala harus sedikit meredup pada sebuah kata kompromi. Pada zamannya, untuk mencapai tujuan dan cita-cita, banyak sekali penghalang Kartini. 

Tidak saja adat dan tradisi, namun juga cekal dari kerabat terdekatnya seperti kakak lelakinya yang lain, ibu tirinya, bahkan kolega ayahnya yang kurang berpikiran maju. 

Ayah Kartini sebenarnya adalah pendukung Kartini, namun Kartini terjepit dalam pilihan yang tak terelakkan. Antara studi lanjut di Belanda atau menikah, karena sudah ada yang melamarnya. 

Akhirnya Kartini menurut pada tradisi. Mau menikah dengan lelaki penganut poligami. Tapi Kartini tidak menyerah begitu saja, ia mau menikah dengan beberapa syarat.

Ia menerima pinangan bupati Rembang, dengan syarat:

1. Saya tidak mau mencuci kaki suami saya saat acara panggih (acara adat pengantin Jawa).

2. Saya tidak mau dibebani dengan pranata sopan santun yang rumit, saya mau diperlakukan seperti orang biasa saja.

3. Saya mengharuskan calon suami saya untuk membantu saya mendirikan sekolah buat perempuan dan orang miskin

4. Saya ingin Yu Ngasirah tidak lagi tinggal di rumah belakang, tetapi tinggal di rumah depan, dan saya ingin semua putra-putrinya memanggilnya "Mas Ajeng," bukan Yu lagi (Mas Ajeng panggilan yang artinya ibu).

Wahai perempuan Indonesia, menggapai cita-cita itu tidak semulus jalan tol. Ada rintangan dan halangan. Kita harus tahu pasti kapan kita bisa terus melaju, atau kapan kita harus berkompromi. Dan kalau kita memang harus kompromi, kita juga harus pintar bernegosiasi seperti Kartini.

7. Perjuangan yang Belum Usai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun