Menyambut perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus, kantor saya menyelenggarakan berbagai lomba (tentu saja dengan prokes ketat). Beberapa lomba games dilakukan via aplikasi zoom, dan ada lomba yang dilaksanakan secara offline - namun hanya peserta, juri dan panitia saja yang hadir, sementara penonton sekaligus supporter, menonton dari ruang zoom. Salah satu lomba tersebut adalah lomba cipta dan baca puisi.Â
Puisi yang saya cipta khas emak-emak banget, karena kebetulan saya mewakili Dharma Wanita kantor saya. Ide puisi saja datang ketika saya sedang cuci piring di rumah, sungguh khas emak-emak banget, kan? Hadiahnya juga wadah-wadah semacam pyrex gitu, sangat emak-emak. Oh iya, mengapa saya tahu hadiahnya, karena ternyata saya menang juara 2 lomba ini. Juara 2 dari 6 peserta, lumayanlah ya, hehehe. Berikut adalah puisi yang saya cipta dan baca di lomba tersebut. Merdekaaa!
Seorang Perempuan dan Baktinya Untuk Negeri
Oleh: Indah Novita Dewi
Â
Seorang perempuan terduduk lesu
Di sampingnya, sang anak sedang menghadap laptop -- belajar daring
Sesekali ia curi-curi nonton youtube atau main game kesayangannya
Perempuan itu hanya memandang, tanpa berkeinginan untuk melarang
Ia sudah lelah dengan rutinitas domestik yang tak pernah usai
Lantunan lagu kebangsaan sayup-sayup terdengar dari jendela tetangga
Hari ini tujuh belas Agustus
Perempuan itu terkenang masa mudanya yang penuh gelora cita-cita
Bergerak dalam organisasi dengan semangat menyala-nyala
Apa yang terjadi kini? Kemana semangat itu pergi?
Perempuan itu termangu, di kedalaman lamunan yang kelu
Lalu, sebuah kesadaran menghampiri, bersama bisikan nurani
Peluk, peluk anakmu bunda
Bisikkan cita-cita setinggi angkasa
Raih, raih hatinya bunda
Ajari empati dan cinta seluas samudera
Usap, usap kepalanya bunda
Lantunkan doa yang kan membimbingnya ke jalan surga
Anakmu, adalah baktimu
Anak yang kaukandung, anak yang kaubesarkan, bahkan anak-anak malang di sekitarmu
Bunda, kau madrasatul ilmu
Goresan tutur katamu, bak tinta yang mewarnai lembaran putih tanpa noda
Warnai anakmu dengan kebaikan, dan jadikan ia calon pemimpin negeri yang penuh keadilan dan kebajikan
Bunda, itulah baktimu untuk negeri.
Perempuan itu meneteskan air mata, meraih anaknya di pelukan.
Lalu diajaknya sang anak menyaksikan rangkaian peringatan 76 tahun kemerdekaan.
Melalui layar datar, dituturkannya kisah negeri ini, kisah para pahlawan, dan arti kata merdeka.
Senyum tersungging di bibirnya, semangatnya kembali menyala.
"Hiduplah Indonesia Raya!"
*Video pembacaan puisi bisa diintip di akun FB saya, yuk, temenan di FB - akun FB Indah Novita Dewi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H