Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seorang Perempuan dan Baktinya Untuk Negeri

17 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 17 Agustus 2021   21:20 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lomba Puisi (Dokpri)

Menyambut perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus, kantor saya menyelenggarakan berbagai lomba (tentu saja dengan prokes ketat). Beberapa lomba games dilakukan via aplikasi zoom, dan ada lomba yang dilaksanakan secara offline - namun hanya peserta, juri dan panitia saja yang hadir, sementara penonton sekaligus supporter, menonton dari ruang zoom. Salah satu lomba tersebut adalah lomba cipta dan baca puisi. 

Puisi yang saya cipta khas emak-emak banget, karena kebetulan saya mewakili Dharma Wanita kantor saya. Ide puisi saja datang ketika saya sedang cuci piring di rumah, sungguh khas emak-emak banget, kan? Hadiahnya juga wadah-wadah semacam pyrex gitu, sangat emak-emak. Oh iya, mengapa saya tahu hadiahnya, karena ternyata saya menang juara 2 lomba ini. Juara 2 dari 6 peserta, lumayanlah ya, hehehe. Berikut adalah puisi yang saya cipta dan baca di lomba tersebut. Merdekaaa!

Seorang Perempuan dan Baktinya Untuk Negeri

Oleh: Indah Novita Dewi

 

Seorang perempuan terduduk lesu

Di sampingnya, sang anak sedang menghadap laptop -- belajar daring

Sesekali ia curi-curi nonton youtube atau main game kesayangannya

Perempuan itu hanya memandang, tanpa berkeinginan untuk melarang

Ia sudah lelah dengan rutinitas domestik yang tak pernah usai

Lantunan lagu kebangsaan sayup-sayup terdengar dari jendela tetangga

Hari ini tujuh belas Agustus

Perempuan itu terkenang masa mudanya yang penuh gelora cita-cita

Bergerak dalam organisasi dengan semangat menyala-nyala

Apa yang terjadi kini? Kemana semangat itu pergi?

Perempuan itu termangu, di kedalaman lamunan yang kelu

Lalu, sebuah kesadaran menghampiri, bersama bisikan nurani

Peluk, peluk anakmu bunda

Bisikkan cita-cita setinggi angkasa

Raih, raih hatinya bunda

Ajari empati dan cinta seluas samudera

Usap, usap kepalanya bunda

Lantunkan doa yang kan membimbingnya ke jalan surga

Anakmu, adalah baktimu

Anak yang kaukandung, anak yang kaubesarkan, bahkan anak-anak malang di sekitarmu

Bunda, kau madrasatul ilmu

Goresan tutur katamu, bak tinta yang mewarnai lembaran putih tanpa noda

Warnai anakmu dengan kebaikan, dan jadikan ia calon pemimpin negeri yang penuh keadilan dan kebajikan

Bunda, itulah baktimu untuk negeri.

Perempuan itu meneteskan air mata, meraih anaknya di pelukan.

Lalu diajaknya sang anak menyaksikan rangkaian peringatan 76 tahun kemerdekaan.

Melalui layar datar, dituturkannya kisah negeri ini, kisah para pahlawan, dan arti kata merdeka.

Senyum tersungging di bibirnya, semangatnya kembali menyala.

"Hiduplah Indonesia Raya!"

Merdeka!

*Video pembacaan puisi bisa diintip di akun FB saya, yuk, temenan di FB - akun FB Indah Novita Dewi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun