Pandangan saya berpindah ke susu di sebelah teh kotak. Tanggal kadaluwarsanya jelas terlihat, yang satu 2020, yang satunya lagi 2019, sodara! Bayangin! Saat itulah hatiku rasanya sakit bak tersayat sembilu.
"Oh, ini mau diganti juga susunya, Bu. Sudah kadaluwarsa," ucap saya lalu berpamitan pulang.Â
Dalam perjalanan saya bertekad akan belanja lebih sering lagi di warung tetangga, walaupun mart kuning sudah terlihat mulai dibongkar dan sedang dibangun ulang. Yaa, mungkin kelak saya akan main-main ke mart lagi, tapi tak akan meninggalkan begitu saja barang-barang kebutuhan sehari-hari yang menunggu dengan penuh kerinduan di warung tetangga.**
Catatan:
Keuntungan membeli di warung tetangga:
1. Menghidupkan perekonomian mikro (duitnya nggak ke pemilik modal besar doang, tapi muter ke UMKM juga).
2. Menghidupkan interaksi sosial (belanja pasti disertai basa-basi ngobrol haha hihi dikit, kan).
3. Anggap aja sekalian amal dan silaturahmi (Ih, kan mahal beli di warung, lebih murah di mart anu -- udah buang jauh-jauh pikiran ini kalau belanja di warung tetangga).
4. Nggak keluar uang buat bensin motor/mobil, nggak perlu dandan dan ganti baju, dan yang paling pentiiiing -- nggak perlu malu kalau duit kita kurang, tinggal bilang nanti kurangnya saya bayar kalau kesini lagi ya buuuk.
5. Apalagi? Yuk, ditambahkan sendiri. Dan, yuk ... Â mulai belanja di warung tetangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H