Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Balada Belanja di Warung Tetangga

30 Juli 2021   19:42 Diperbarui: 30 Juli 2021   19:47 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sekali dua kali lama-lama berkali-kali. Merana buk Ningsih melihat tetangga dekatnya masuk ke rumah menjinjing tas belanjaan berlogo mart baru.

"Ealah, kalau cuma pembalut sama pasta gigi, aku juga jual," gitu kali batin buk Ningsih saat tatapan tajamnya mampu menembus kantong plastik berlogo mart baru yang dijinjing tetangganya.

Niat tulus buka warung untuk menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari buat tetangga jadi sebuah penyesalan.

"Ah, ngapain buka warung, nggak ada yang beli, nggak ada pemasukan, tutup aja ih."

Hmm,  warung dekat rumah saya saja, sudah dua yang tutup.

Suatu saat terjadi peristiwa yang tak disangka-sangka. Mart kuning terdekat tempat saya biasa belanja, terbakar (nanti saya cerita ya soal kebakaran ini khusus di postingan berbeda). Pablebuat, karena terbakarnya fatal, maka mart tutup bahkan dilakban, eh ditutup kain terpal. Tak ada tempat menuju untuk beli kebutuhan, selain di warung tetangga.

Saya pun mulai rajin ke warung tetangga lagi. Iya, ada toko ritel sih nggak terlalu jauh, tapi saya ini nggak terlalu suka pergi-pergi yang pakai ganti baju dan pakai naik kendaraan gitu. Bilang aja males, hehe.

Suatu ketika saya butuh sesuatu di warung tetangga terdekat. Warung ini lumayan lengkap dan agak besar walaupun tidak dibikin ala swalayan, jadi masih sistem konvensional yang semua barang harus diambilkan si penjual. Saya sering beli di situ sekadar camilan buat anak-anak. Ternyata warungnya lagi tutup, jadi saya jalan lagi ke warung lain yang agak jauh, dan lebih kecil. 

Barang yang saya cari ada, tapi waktu saya mau beli teh kotak, penjualnya bilang,

"Eh, tehnya mau diganti, sudah kadaluwarsa," sahutnya pelan.

"Ooh, gitu, ya," saya melirik teh kotak yang berjajar, walau tanggal kadaluwarsa tidak terlihat. "Kalau begitu ganti susu ultra saja, deh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun