Aku nengok ke belakang kursiku. Di balik pintu gerbong yang tertutup tidak terlalu rapat, aku melihat ada dua orang ibu-ibu sedang menunggu kamar mandi di gerbongku.Â
Sekelebat aku juga melihat mas-mas berjalan menuju kamar mandi gerbong satunya.Â
Karena aku kepo. Aku berdiri dan membuka pintu gerbong, kemudian mendekati mereka.
Kereta api antar kota kelas ekonomi kadang-kadang pintu kamar mandinya berat untuk ditarik atau didorong. Jadi orang-orang yang mau ke kamar mandi rela mengantri atau memilih ke kamar mandi gerbong lain.
Saat aku pura-pura mau ke kamar mandi dan berdiri di pinggir pintu masuk gerbong kereta, aku mendengar salah satu ibu-ibu—kita sebut saja Ibu A, nyeletuk, "ini lama banget ya, ga keluar-keluar,"
Ibu-ibu satunya lagi—kita sebut saja Ibu B, menimpali, "iya ya, lagi berak mungkin."Â
Ku amati, Ibu A ini tidak mendorong sama sekali pintu kamar mandi. Atau sudah mendorong namun kurang kuat. Entahlah.
Tapi beliau seakan-akan sudah yakin di dalam ada orangnya.Â
Sepertinya Ibu B juga memikirkan hal yang sama.
Jelas, karena memang pintunya tertutup rapat dalam waktu cukup lama. Ditunggu-tunggu tak kunjung keluar. Aku pun tidak bisa memastikan dengan jelas orang-orang yang keluar masuk gerbongku karena asyik menonton film sembari makan tadi. Jadi aku juga tidak tahu disitu ada orang atau tidak. Bisa jadi orang dari gerbong sebelah memakai kamar mandi di gerbongku. Pada akhirnya aku pun ikut menunggu dan mengantri.
Bermenit-menit pun berlalu. Tiba-tiba mas-mas dari kamar mandi gerbong satunya keluar. Wah ternyata aku benar. Mas-mas ini abis dari kamar mandi juga. Tak lama setelah aku senyam-senyum sendiri karena dugaanku benar. Sekelebat aku mendengar mereka bercakap-cakap lagi.