Halo para pembaca Kompasiana!
Indahime here.Â
Siapa disini yang masih gagal paham ketika lagi chat-an? Atau masih tidak mengerti maksud dari teks percakapan dengan doi?
Eits. Tenang saja. Mari kita belajar tentang KONTEKS dalam sebuah teks percakapan.
Konteks menurut KBBI adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian yang mendukung atau menambah kejelasan makna. Konteks terdiri dari langsung dan tidak langsung.
Kata-kata dalam teks percakapan bisa mengandung banyak makna. Ada yang denotatif. Ada yang konotatif. Bahkan ada pula yang kiasan. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konteks agar kita paham makna dari kata-kata dalam teks percakapan tersebut.
Dalam teks percakapan, kita tidak bisa langsung tahu konteksnya tanpa ada ASUMSI. Asumsi sendiri adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau bisa disebut landasan berpikir (sumber: KBBI). Biasanya asumsi terdiri dari 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How).
Beberapa yang dimaksud sebagai asumsi secara umum yaitu:
- Bagaimana latar belakangnyaÂ
- Bagaimana kondisi dan situasinya
- Siapa subjeknyaÂ
- Apa saja objek yang melingkupiÂ
- Apa yang menjadi masalah utamanyaÂ
- Apa saja masalah pinggiran yang tidak pentingÂ
- Kapan dan di mana itu terjadi
- Apa yang seharusnya terjadi (nilai idealnya)
- Dan lain-lain.
Dari sekian banyak asumsi, tidak semuanya ada dalam teks percakapan tersebut (biasanya diluar dari teks percakapan yang ada). Dan tidak jarang, orang malas untuk memahami asumsi saat sedang chat-an. "Ribet banget sih!" Begitu pasti pikir orang-orang.
Padahal, jika kita paham asumsi terkaitnya, maka kita setidaknya akan paham dengan konteksnya.Â
Apa yang terjadi jika kita membaca sebuah teks percakapan tanpa mengetahui konteksnya? Terutama bagi kita yang tidak terlibat langsung? Kita bisa salah paham bahkan salah menganalisis.
Contoh teks percakapan yang butuh paham konteks.Â
A: "Halo B. Kenapa nelepon?"
B: "Maaf A, tertekan tadi."
A: "Kamu gapapa B? Ada masalah apa? Sini cerita."
B: "Gapapa A, hanya tertekan saja."
A: "Jangan dipendam sendirian, B."
B: "Apanya yang dipendam?"
A: "Masalahmu. Kamu bilang lagi tertekan, kan?"
Yang kita lihat hanya permukaan. Hanya yang ditampilkan bahwa si A menganggap si B sedang ada masalah namun tidak jadi cerita. Apakah itu kebenarannya? Belum tentu.Â
Jika dalam teks percakapan di atas kita tambahkan asumsi seperti:
- di mana kejadian itu terjadi?Â
A sedang di luar tidak sempat pegang HP sehingga slow respon. Sedangkan B sedang tidur di rumah HP-nya berada di bawah bantal.
- kapan waktu kejadiannya?
Malam hari.
- ada masalah apa?
Ada miscall dari B. Dan A tidak menjawab. Ternyata keyboard HP B terpencet sendiri dari balik bantal, lalu memanggil A.
- siapa subjek dan objeknya?
A adalah sahabat B. B orangnya pendiam dan kaku dalam berkata-kata. A orangnya perhatian dan sangat peduli.Â
Maka yang terjadi adalah konteksnya B tidak sengaja menelepon A karena keyboard HP-nya kepencet. Namun bahasa yang digunakan B adalah "tertekan" bukan "kepencet" sehingga A menganggap bahwa B sedang ada masalah hidup yang membuatnya tertekan dan tidak mau diceritakan.
Intinya kita tidak bisa menilai sesuatu hanya dari luarnya saja. Tidak boleh langsung menyimpulkan hanya dari teks percakapan tanpa konteks dan asumsi terkaitnya. Apalagi bagi kita yang tidak terlibat langsung di percakapan tersebut.Â
Yang terlibat langsung saja bisa gagal paham, jika tidak mengetahui konteksnya. Apalagi kita sebagai netizen?Â
Hikmahnya:
Jadilah netizen yang bijak agar tidak langsung menyimpulkan suatu kejadian hanya berdasarkan teks percakapannya saja.
Biasakan untuk memahami asumsi dan konteks sebelum kita menilai sesuatu agar kita tidak salah paham dan tidak salah menganalisis.
Fin.Â
By: Indahime
Silahkan bagi yang ingin berbagi cerita tentang "konteks dalam teks percakapan" yang pernah dialami sendiri, bisa share di kolom komentar.Â
Mohon like, share, dan dukungannya.
Jika ada kritik dan saran boleh sampaikan melalui DM Instagram @indah_i3.Â
Terima kasih banyak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI