Mohon tunggu...
Indah Dwinta
Indah Dwinta Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Kehidupan

Sunyi Kuntum Berbaju Malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Percakapan Hidup dan Maut

19 Januari 2021   17:47 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:12 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia lebih mencintaiku daripada kamu.
Di dalam dunia, manusia suka sekali melupakanmu."

"Biarkan saja."

"Manusia memelukku dengan teramat erat seolah-olah aku miliknya, seolah-olah perpisahan tak pernah ada."

"Tidak apa-apa, manusia memang begitu. Tapi aku mencintai mereka."

"Manusia itu pelupa dan kotor. Apakah kau masih mencintainya?"

"Masih dan akan terus mencintainya."

"Manusia bahkan tidak ingat waktu ketika mencintaiku. Apakah kau tetap mencintainya?"

"Tentu saja. Tak usah diragukan."

Sepanjang-panjang usia manusia, aku tetap pemenangnya. Cintaku lebih unggul dari harta dan kedudukan. Cintaku lebih agung dari gunung, lebih tabah dari laut yang menyimpan ribuan sampah.

Aku tak peduli dengan ingatan pendek manusia, dan hasrat panjangnya padamu. Aku tetap akhir yang musti mereka terima.

Aku pun tak mau tau dengan cinta manusia pada kehidupan dunia, aku tetap akhir yang musti mereka hayati.

"Tunggu sebentar! Hey, lihatlah, Hidup, ada yang berkilau di tengah malam."

Seseorang di ujung sana, sendirian memikirkan nasibku. Terlihat lebih terang dari bulan. Seseorang yang sedang terjaga. Aku bisa merasakan getar nafasnya.

"Coba kau pandang dalam-dalam. Cahaya kecil yang berkedip itu. Lihatlah, Hidup!"

"Duhai. Aku pikir semua manusia sama. Tapi ada seseorang yang sedalam ini memikirkanmu, Maut. Ya benar, dia mencintamu. Bahkan cintanya membuatku gemetar."

Satu saja cukup, untuk cahaya bagimu, Hidup. Cahaya yang membuatku terpukau akan kerapuhan manusia yang sementara.

Satu saja cukup, untuk membuktikan keunggulan manusia dari makhluk lainnya, mengapa dititipkan Cinta.

Mari hidup, saling menopang.
Hentikan perdebatan yang sia-sia ini.
Kita sudah termaktub dalam awal dan akhir.
Seseorang yang mencintaiku, akan tetap mencintaimu juga.
Cinta untuk membangun sebuah jalan di tubuhmu menuju pelukanku, pada waktunya. 

"Hey, Hidup, ini rahasia kita berdua!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun