Pendidikan inklusif di tingkat sekolah dasar memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang menghargai keberagaman, memberikan kesetaraan akses pendidikan, dan membentuk karakter siswa yang toleran serta empati. Melalui pendidikan inklusi, peserta didik diajarkan untuk menghormati perbedaan dan bekerja sama dalam keberagaman, baik dari segi budaya, agama, maupun kemampuan fisik dan intelektual. Hal ini tidak hanya bermanfaat secara individu, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Dengan pendekatan ini, pendidikan inklusif menjadi pondasi bagi terciptanya dunia yang menghargai hak setiap individu. Namun, pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah dasar masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kurangnya kompetensi guru, keterbatasan fasilitas, serta stigma sosial terhadap anak berkebutuhan khusus. Keberhasilan pendidikan inklusif memerlukan kolaborasi yang kuat antara guru, orang tua, pemerintah, dan komunitas sekolah. Selain itu, diperlukan kebijakan yang mendukung, pelatihan intensif bagi guru, serta penyediaan sarana prasarana yang memadai untuk menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar inklusif.
SARAN
Mewujudkan pendidikan inklusi yang efektif memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Guru perlu mendapatkan pelatihan berkelanjutan untuk memahami dan mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang beragam. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kebijakan inklusi diterapkan secara merata dengan menyediakan fasilitas ramah disabilitas di sekolah. Selain itu, kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas sekolah harus ditingkatkan melalui komunikasi yang intensif, pertemuan rutin, serta program-program yang mendorong pemahaman akan pentingnya keberagaman. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjadikan pendidikan inklusi sebagai penggerak dalam menciptakan dunia tanpa perbedaan.
DAFTAR RUJUKAN
Candraresmi, Y., & Kurniawati, F. (2018). Challenges to facilitating social interaction among students in the inclusive classroom: Relationship between teachers' attitudes and their strategies. Diversity in Unity: Perspectives from Psychology and Behavioral Sciences, 247-254.
Dini, P. G. P. A. U. (2023). Persepsi Guru TK terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di Kota Pontianak. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 629-636.
Fitriani, E., Nurhasanah, N., & Rahmat, H. (2024). Kolaborasi orang tua dan guru dalam pendidikan inklusi. Jurnal Pendidikan Inklusi, 7(1), 45--54.
Hartadi, D. R., Dewantoro, D. A., & Junaidi, A. R. (2019). Kesiapan sekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar. Jurnal Ortopedagogia, 5(2), 90-95.
Kristiana, I. F., & Psi, M. (2021). Peran Guru dalam Menjawab Tantangan Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di Era Society 5.0. DINAMIKA KELUARGA & KOMUNITAS DALAM MENYAMBUT SOCIETY 5.0., 26.
Marlina, M. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan Psikoedukasional). UNP Press.
Mumpuniarti, M. (2012). Pembelajaran Nilai Keberagaman Dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Pendidikan Karakter, 3(3).