Akhirnya aku memanggil salah satu muridku yang duduk di belakang Helen.
"Kamu tahu apa yang dikeluhkesahkan oleh Helen tadi..?" tanyaku kepada anak laki-laki itu.
Helen segera menatap temannya, seakan ingin melarang dia untuk buka suara.
"Ayo, katakan kepada saya apa yang diomeli Helen tadi sama kamu..?"
Aku segera berbalik menatap Helen dan memintanya untuk diam.
Dengan suara pelan, anak laki-laki yang bernama Bimo itu menyampaikan sesuatu yang membuat aku menjadi terpukul.
"Helen sedih Ma'am. Dia kecewa sama Ma'am karena Ma'am menyuruhnya belajar dengan mamanya. Helen jadi sedih karena Ma'am seakan menuduh orang tuanya tidak peduli dengan Helen, padahal....."
"Padahal apa Bim?" desakku.
Helen semakin berurai air mata, kali ini isaknya tak terdengar.
"Karena mamanya sudah lama tidak tinggal dengan Helen lagi...sudah hampir setahun."
Penjelasan Bimo sontak membuatku malu dan terpukul. Sebuah penyesalan langsung menyeruak di dalam dada. Pantas saja Helen yang super cerewet itu menangis sesunggukan. Ternyata dia adalah korban broken home.