"Bang Iwan...?"
Tanpa ragu Romlah menenggelamkan wajahnya di dada pacar yang paling disayanginya itu. Sudah lebih dari tiga hari mereka tak saling jumpa. Seketika Romlah melupakan masalah hidupnya.
   "Ayo masuk, nggak enak dilihat tetangga,"bujuk Iwan sambil mendorong tubuh Romlah perlahan.
Mereka berdua lupa akan perihnya jalan hidup masing-masing. Sesaat keduanya terbang melayang di udara. Kecupan dari bibir Iwan mendarat bertubi-tubi di kening dan pipi Romlah yang masih ranum. Romlah nyaris tak bisa bernapas hingga...
   "Romlah..!!...astaga...Bang Iwan??"
Sesosok manusia silver tiba-tiba muncul di dekat mereka.
Romlah terhenyak, Bang Iwan mendengus kesal.
   "Salim...ada apa, kamu sengaja membuntuti aku ya?"
Belum sempat Salim menjawab, sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya. Manusia silver yang tahan banting itupun akhirnya terhuyung dan menabrak dinding triplek yang membatasi ruangan di rumah Romlah.
Rumah kayu kontrakan itu semakin bergetar saat anak-anak tetangga berteriak riuh. Iwan kalut, ia melarikan diri lewat pintu belakang.
   "Badut...badut..!!...badut! Ayo badut joget sama kami!"