"Aaahhh!!"
Romlah tak sadarkan diri. Syifa berlari keluar dan tak memedulikan sang ibu yang sering pingsan akhir-akhir ini. Kedua anaknya yang lain hanya duduk diam di sudut ruang rumah.
-----
Sore itu, Salim datang menemui Romlah. Seperti biasa ia membawa hasil kerjanya. Dua puluh ribu perak untuk Romlah.
   "La, hari ini aku cuma dapat segini,"ujarnya pelan. Salim mendengar kabar pingsannya Romlah tadi pagi. Ia sampai lupa membersihkan cat sablon di rambutnya. Warna perak memancar silau di rambut gondrong lelaki kurus tinggi itu.
Dengan senyum terpaksa Romlah menerima dua puluh ribu perak. Tante Mira pasti akan datang lagi besok. Sayangnya Salim belum berhasil mengorek keterangan dari Romlah mengapa ia sampai jatuh pingsan.
Malamnya Adi datang mengunjungi Romlah. Wajahnya yang lelah tak mampu ia sembunyikan. Sisa-sisa peluh melekat di rambutnya yang semakin berminyak.
Kali ini Adi hanya mampu memberikan tiga puluh ribu rupiah. Romlah sebenarnya ingin berkisah tentang kejadian tadi pagi, tapi Adi harus buru-buru melanjutkan kerjanya yang belum usai.
------
Waktu subuh baru saja lewat. Sebuah ketukan di pintu membuat jantung Romlah kembali berdetak kencang.
   "Tante Mira..."bisiknya gemetar. Dengan cepat ia mengambil uang lima puluh ribu di atas lemari untuk membayar tunggakan utangnya.