Besoknya aku sakit, aku sebentar-bentar sakit perut ingin buang air besar, rasanya pedih sekali,,,ibu membawaku ke rumah sakit...namun tak harus rawat inap..mata ibuku terus saja berair sejak pulang dari rumah sakit, ia tak henti-henti membelai-belai rambutku.....
“apa kata dokter ma?”
“kamu anak mama yang paling kuat, kamu pasti sembuh nak, mama akan menukar nyawa ini untuk kesembuhanmu“
"aku sakit apa sich ma”
"kanker ususr"
Aku melihat ke atas, ternyata langit masih membentang luas, namun bagi ku langit telah runtuh, aku berpergangan kuat pada tangan ibuku, tak tertahankan..jeritku membahana di sepanjang koridor rumahku....Aku .terjatuh...
Sudah sebulan aku tak masuh kerja, kondisiku semakin parah, Jika aku perhatikan, sudah patutnya ibu berbaring saja di tempat tidur, beristirahat,
Menghabisakan waktu untuk bermanja-manja dengan suami tercintanya..
Namun, itu tak sering tampak dimataku..aku justru sering melihatnya di dapur, memasak,
Mencuci piring, berpiluh-piluh keringat...Mengurusku, memaksa untukku dan menyemangatiku untu sembuh...
Malamnya aku tak lelap tidur, Aku terbangun tengah malam ingin buang air kecil, tiba-tiba aku mendengar tangisan yang tak tertangguhkan lagi dari tenggorokan ibuku, dalam gelap, dengan mukena tuanya ia menengadahkan tangannya...aku mencuri-curi untu mendengar ratapannya, ku dengarkan nama ku disana disebut-sebut............Sebutnya dalam tangis itu “Tuhan, jika ini adalah hukuman bagi putriku atas semua kehilafannya, maka putarlah semua hukuman itu dalam nafaskputiku Tuhan, ia adalah Nadi ku, cahayaku, Aku sama sekali tidak sakit hati pada Putri kesayanganku, ampuni ia atas apa yang telah ia perbuat selama ini padaku, bukankah ridhoMu ada pada ridhoku Tuhan, Aku mohon Ampuni Putriku"