Mohon tunggu...
Inayah Nur Qonita
Inayah Nur Qonita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A students University Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah MASJID AGUNG AT-TSAURAH BANTEN, SERANG

25 Desember 2024   22:29 Diperbarui: 25 Desember 2024   22:59 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung At-Tsaurah, Serang  Banten

Mihrab dan Khatib: Mihrab dan khatib masjid dihiasi dengan ukiran kayu dan batu yang sangat detail. Ornamen ini menggambarkan tingkat keterampilan tinggi para pengrajin Banten di masa lalu, sekaligus menjadi daya tarik bagi pengunjung.

Kolam Wudhu: Kolam besar di halaman masjid digunakan oleh jamaah untuk berwudhu sebelum shalat. Selain fungsional, kolam ini juga memberikan suasana sejuk dan tenang di sekitar masjid.

3. Nilai Budaya dan Spiritualitas

Masjid Agung Banten bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat budaya dan spiritual masyarakat Banten. Sebagai simbol kejayaan Kesultanan Banten, masjid ini memiliki nilai yang sangat mendalam, baik dari segi sejarah maupun agama.

Wisata Religi dan Ziarah: Kompleks Masjid Agung Banten juga merupakan tempat pemakaman para sultan Banten, termasuk Sultan Maulana Hasanuddin. Ziarah ke makam-makam ini sudah menjadi tradisi selama berabad-abad dan menjadi bagian penting dari wisata religi di masjid ini.

Pusat Tradisi Islam: Masjid ini merupakan pusat berbagai tradisi Islam, seperti perayaan Maulid Nabi, Isra Mi'raj, dan peringatan Idul Fitri. Ini menjadikan masjid sebagai pusat kehidupan beragama bagi masyarakat Banten.

4. Renovasi Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten telah mengalami beberapa renovasi untuk menjaga keaslian dan keberlanjutannya dimulai dari tahun 1918, tahun 1930, tahun 1954, tahun 1974 dan diresmikan oleh bupati Jawa Barat pada tahun 1994:

Tahun 1848: Renovasi pertama dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Meski ada kepentingan politik, renovasi ini dilakukan dengan tetap mempertahankan elemen arsitektur asli.

Tahun 1930-an: Masyarakat setempat melakukan perbaikan pada atap dan menara untuk menjaga stabilitas bangunan.

Tahun 1970-an: Pemerintah Indonesia melakukan renovasi besar-besaran, termasuk memperkuat struktur bangunan agar dapat bertahan lebih lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun