Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nenek Tangguh Tak Mengenal Kamus Mengeluh

6 Oktober 2023   07:25 Diperbarui: 6 Oktober 2023   07:38 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya tanya namanya beliau menyebutkan namanya  Nenek Nelongso. Tentu kita akan kaget mendengar nama tersebut tetapi setelah saya desak betulkah namanya itu?  Beliau dengan tegas menjawab bahwa itu adalahnama  pemberian dari orang tua yang harus saya hargai.

Saat asik ngobrol jika ada orang yang lain yang datang ke halte dengan reflek langsung berdiri  sambil menawarkan tissue dan permen pada  setiap orang yang ada di sekitar halte.

Bagi saya ini sangat menarik. Bagaimana tidak, Nenek yang sudah tidak muda lagi masih semangat dengan suara lantang menawarkan barang dagangannya tidak seperti nenek-nenek pada umumnya yang bisa menikmati hari tuanya.

Nenek Nelongso dengan kondisi tubuhnya yang semakin melemah masih terus berjuang demi sesuap nasi dan bisa bayar kontrakan saya tidak mau  merepotkan orang lain   termasuk anak sekalipun.

"Kalau masih bisa tubuh ini digerakan untuk mencari  makan sendiri ya lebih baik berusaha sendiri karena rasanya jauh lebih nikmat tinimbang hasil belas kasihan orang lain walaupun saya tidak memungkiri banyak para calon penumpang yang sesekali memberikan uang tidak saya tolak bukankah itu juga bagian rizki dari Allah SWT tetapi saya tidak memnita-minta karena yang saya lakukan adalah berdagang," Latanya saat ngobrol Kamis (05/10) 

Nenek Nelongso 65 Tahun ini masih  harus bekerja menjual tissue, perment dan mainan anak-anak di halte Sumur Bor Cengkareng Jakarta Barat meski  kondisi tubuh sudah tak lagi sehat tak membuat Nelongso surut untuk  tetap berjualan mencari receh demi menyambung hidup untuk sekedar bisa makan dan membayar kontrakan  

Dok. Sendiri
Dok. Sendiri

Warga Kelurahan Semanan  Jakarta Barat ini  tidak betah di rumah  walau dengan tubuh yang mulai lemah  harus tetap berjuang mencari rizki menunggu para calon penumpang di halte yang berlalu-lalang dengan tangkas langsung menawarkan tissue dan permen hanya bermodal gendongan dan bascom besar yang dibungkus dengan kain apa adanya supaya tidak kena debu memulai usaha jualan tissue dan permen di halte sekitar jam 7.00 sampai jam 16.000.

Bahkan kalau masih ramai sampai jam 17.00  berapapun yang laku jika sudah sore nenek Nelongso langsung merapihkan dagagannya untuk pulang ke rumah kontrakannya yang jaraknya lumayan jauh jika ditempuh jalan kaki.

Berapapun hasil yang laku  Nenek Nelongso mengaku tetap bersyukur, sebab berapapun penghasilan yang didapatkan setiap harinya tetap harus berucap syukur  karena meyakini bahwa  "setiap rejeki yang diberikan AllahSWT  akan selalu mendatangkan keberkahan jika kita bersyukur  walau hanya cukup untuk makan dan bisa bayar kontrakan ngucap syukur bagi saya wajib  berapa saja yang laku itu adalah rezeki dari Allah," ungkapnya.

Beliau sudah 6 tahun berjualan di helte tersebut wajar kalau banyak orang yang sudah tidak asing dengannya dari mulai tukang opang, ojol, calo angkot, para penumpang, dan warga sekitarr sudah sangat familiar dengan Nenek Nelongso memangginyadengan sebutan akrab bude sebuah pembelajaran yang sangat menginspirasi tidak mesti datangnya dari orang besar namun bisa juga justru dari orang biasa sebagaimana yang dilakukan Nenek Nelongso yang selalu setia untuk tetap berusaha tanpa harus mengeluh walau harus bergelut dengan peluh ini membuktikan bahwa kita tidak boleh melihat seseorang hanya dari  kasat mata karena setiap orang pasti punya cerita sendiri-sendiri bukankah permata tidak dipoles tanpa digosok, begitu pula manusia tidak disempurnakan tanpa cobaan Terimakasih Nenek Nelongso untuk pembelajaran hidup hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun