Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kurelakan Suamiku untuk Ibu

29 Juni 2024   18:31 Diperbarui: 29 Juni 2024   18:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://greatmind.id/article/ekspresi-rasa-sakit-hatiInput sumber gambar

Keesokan harinya, aku mengajak Arif dan ibu berbicara. "Aku sudah memutuskan. Aku akan bercerai denganmu, Arif, agar kau bisa menikahi ibu."

Arif dan ibu terkejut mendengar keputusanku. "Rina, kau tidak perlu melakukan ini," kata Arif.

"Tidak, aku sudah memikirkannya. Aku ingin kalian bahagia, meskipun itu berarti aku harus menderita," jawabku dengan tegas.

Proses perceraian kami berjalan dengan cepat. Aku menyerahkan semua harta dan rumah kepada Arif dan ibu. Aku hanya ingin mereka bahagia. Setelah perceraian selesai, Arif menikahi ibu. Mereka pindah ke rumah baru yang lebih kecil, sementara aku pindah ke kota lain untuk memulai hidup baru.

Hidup tanpa Arif dan ibu sangat sulit. Aku merasa kesepian dan sering menangis di malam hari. Namun, aku mencoba untuk tetap kuat. Aku menemukan pekerjaan baru dan mulai membangun hidupku dari awal. Aku menyibukkan diri dengan bekerja dan melakukan kegiatan sosial untuk mengalihkan pikiranku dari rasa sakit.

Beberapa bulan setelah perceraian, aku menerima surat dari Arif. Isinya penuh dengan rasa terima kasih dan permintaan maaf. "Rina, aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Kau adalah wanita yang kuat dan luar biasa. Aku berharap kau menemukan kebahagiaanmu sendiri. Terima kasih telah mengorbankan kebahagiaanmu demi kami."

Surat itu membuatku menangis, tetapi juga memberiku kekuatan. Aku sadar bahwa keputusan yang kuambil adalah yang terbaik bagi kami semua. Aku mulai fokus pada diriku sendiri dan mencoba menemukan kebahagiaan dalam kesendirian.

Tahun demi tahun berlalu, aku perlahan-lahan pulih dari luka hati. Aku belajar untuk mencintai diriku sendiri dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil. Suatu hari, aku bertemu dengan seorang pria yang memahami dan menghargai aku. Namanya adalah Budi. Dia adalah seorang duda yang juga memiliki luka hati. Kami saling mendukung dan perlahan jatuh cinta.

Dengan Budi, aku menemukan cinta yang tulus dan tanpa syarat. Kami menikah setahun kemudian dan memulai hidup baru bersama. Meskipun kenangan tentang Arif dan ibu masih ada, aku sudah memaafkan mereka dan diriku sendiri.

Suatu hari, aku menerima kabar bahwa ibu jatuh sakit. Aku memutuskan untuk mengunjungi mereka. Ketika aku tiba di rumah sakit, aku melihat ibu terbaring lemah di tempat tidur, dengan Arif di sampingnya.

"Rina, terima kasih sudah datang," kata ibu dengan suara lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun