Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku Dan Diriku yang Lain

28 Juni 2024   03:58 Diperbarui: 28 Juni 2024   05:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ulihape.com/2020/11/aku-dan-diriku.html

Di sebuah ruangan yang remang-remang, dengan cahaya lampu meja yang redup, aku duduk sendirian. Suara gemericik air hujan di luar jendela menciptakan suasana yang tenang namun penuh perenungan. Dalam diam, pikiranku mulai berkelana ke dalam alam yang lebih dalam, bertemu dengan diriku sendiri yang lain---diriku yang sejati.

Aku: "Siapa sebenarnya aku ini? Dari mana asal usulku?"

Diriku yang lain (DYL): "Kau ingin tahu asal usulmu? Mari kita telusuri bersama. Semua dimulai dari masa lalu yang jauh, saat semesta ini terbentuk. Kau adalah bagian dari alam semesta, dari partikel-partikel kecil yang bersatu membentuk segala sesuatu yang ada di dunia ini. Kau adalah bagian dari siklus kehidupan yang abadi."

Aku: "Tapi, bagaimana partikel-partikel itu bisa menjadi aku? Mengapa aku yang terlahir, bukan orang lain?"

DYL: "Itu adalah misteri besar kehidupan. Dari miliaran kemungkinan, kombinasi unik partikel-partikel itu membentuk dirimu. Tidak ada alasan khusus mengapa kau terpilih---hanya kebetulan dan keajaiban alam yang terjadi."

Aku terdiam sejenak, merenungi jawabannya. Rasanya seolah aku berada di tepi jurang pengetahuan, menatap ke dalam kegelapan yang tak terjangkau oleh pemahaman manusia.

Aku: "Kalau begitu, kenapa aku hidup? Apa tujuan dari hidup ini?"

DYL tersenyum dengan lembut, seolah mengerti kebingunganku yang mendalam.

DYL: "Tujuan hidup adalah pertanyaan yang sering kali membingungkan manusia. Namun, jawaban sebenarnya tidaklah tetap atau universal. Setiap individu menemukan tujuannya masing-masing seiring perjalanan hidup mereka. Beberapa menemukan tujuan dalam cinta, pekerjaan, atau pencapaian pribadi, sementara yang lain menemukannya dalam kebahagiaan dan kepuasan sederhana."

Aku: "Jadi, tujuanku adalah sesuatu yang harus aku temukan sendiri?"

DYL: "Tepat sekali. Kau adalah pencipta makna hidupmu sendiri. Setiap pengalaman, setiap keputusan yang kau buat, semuanya berkontribusi pada pemahamanmu tentang apa yang membuat hidup ini berarti."

Aku mulai merasakan sebuah pencerahan. Tidak ada jawaban yang pasti atau mutlak, melainkan sebuah perjalanan untuk menemukan jawaban-jawaban kecil yang membentuk keseluruhan.

Aku: "Lalu, apa yang terjadi setelah hidup ini? Ke mana aku akan pergi?"

DYL menghela napas dalam, seolah menyiapkan diri untuk memberikan jawaban yang berat.

DYL: "Apa yang terjadi setelah hidup adalah misteri terbesar yang belum terpecahkan. Beberapa percaya pada kehidupan setelah mati, reinkarnasi, atau keberadaan spiritual di alam lain. Sementara yang lain percaya bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Tidak ada yang tahu pasti, karena tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakannya."

Aku: "Apakah itu berarti aku harus hidup dengan ketidakpastian?"

DYL: "Iya, dan itulah yang membuat hidup ini begitu berharga. Ketidakpastian membuat setiap momen menjadi lebih bermakna, karena kita tidak pernah tahu kapan semuanya akan berakhir. Hal ini mendorong kita untuk menghargai setiap detik, setiap hubungan, dan setiap kesempatan yang ada."

Aku merenung dalam diam, meresapi setiap kata yang diucapkan oleh diriku yang lain. Kebenaran ini, meskipun sulit diterima, memberikan sebuah pemahaman baru tentang hidup yang sebelumnya tidak pernah aku sadari.

Aku: "Jadi, yang bisa aku lakukan hanyalah menjalani hidup sebaik mungkin, menemukan tujuan dan makna dalam setiap langkahku?"

DYL: "Benar sekali. Hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan penemuan diri. Jangan takut untuk menjelajah, membuat kesalahan, dan belajar dari setiap pengalaman. Karena di sinilah letak keindahan dari kehidupan itu sendiri."

Aku: "Terima kasih. Percakapan ini membuka mataku. Aku merasa lebih siap menghadapi hidup dengan segala ketidakpastiannya."

DYL tersenyum, dan seolah memudar perlahan, meninggalkanku dengan kedamaian dan pemahaman baru. Aku menatap ke luar jendela, melihat hujan yang masih turun, namun kini dengan perspektif yang berbeda. Aku siap untuk menjalani hidupku dengan penuh semangat, mencari makna dan tujuan dalam setiap detiknya.

Hari demi hari berlalu setelah percakapan itu, aku mulai merasakan perubahan dalam diriku. Setiap pagi aku bangun dengan semangat baru, menyambut hari dengan rasa ingin tahu dan keinginan untuk menemukan sesuatu yang baru. Aku mulai lebih memperhatikan hal-hal kecil di sekitarku---senyum orang yang lewat, cahaya matahari yang menyelinap melalui celah tirai, aroma kopi yang menguar di pagi hari.

Aku memutuskan untuk melakukan hal-hal yang selalu ingin aku coba namun selalu tertunda. Aku mulai menulis, sesuatu yang selalu aku cintai namun seringkali aku abaikan. Kata-kata mengalir dengan mudah, seolah-olah seluruh alam semesta mendukung setiap kalimat yang aku tulis. Aku menulis tentang hidup, tentang pencarian makna, tentang kegembiraan dan kesedihan, semua yang aku alami dan rasakan.

Selain menulis, aku juga mencoba berbagai hal baru. Aku belajar memasak, mencoba resep-resep baru yang menantang. Aku belajar bermain gitar, menikmati setiap nada yang keluar dari senar-senar yang aku petik. Aku juga lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga dan teman-teman, menghargai setiap momen kebersamaan yang ada.

Dalam setiap langkah yang aku ambil, aku selalu teringat pada percakapan dengan diriku yang lain. Setiap kali aku merasa ragu atau takut, aku mengingatkan diriku bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan itulah yang membuatnya begitu berharga. Aku belajar untuk lebih berani, lebih terbuka, dan lebih menghargai setiap momen yang ada.

Suatu hari, saat berjalan-jalan di taman, aku bertemu dengan seorang pria tua yang sedang duduk di bangku taman, tersenyum pada dunia sekitarnya. Aku merasa terdorong untuk mendekatinya dan memulai percakapan.

Aku: "Selamat pagi, Pak. Boleh saya duduk di sini?"

Pria tua itu tersenyum dan mengangguk. "Tentu, silakan."

Kami duduk dalam diam sejenak, menikmati keindahan alam di sekitar kami. Burung-burung berkicau, angin sepoi-sepoi berhembus, dan matahari bersinar dengan hangat.

Aku: "Bapak sering datang ke sini?"

Pria tua itu mengangguk lagi. "Setiap hari. Taman ini adalah tempat favorit saya untuk merenung dan menikmati hidup."

Aku tersenyum, merasa ada kesamaan dalam cara pandang kami tentang hidup.

Aku: "Apa yang membuat Bapak begitu tenang dan damai?"

Pria tua itu menatapku dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Ketika kau sudah hidup selama ini, kau akan menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kekhawatiran dan ketakutan. Setiap hari adalah hadiah, dan kita harus belajar untuk menghargainya."

Kata-kata pria tua itu mengingatkanku pada percakapan dengan diriku yang lain. Aku merasa seolah-olah mendapatkan penguatan dari semesta bahwa apa yang aku pelajari adalah benar.

Aku: "Saya setuju, Pak. Hidup ini memang penuh dengan keindahan yang harus kita hargai."

Pria tua itu tersenyum lebar. "Senang mendengarnya. Teruslah menjalani hidupmu dengan penuh semangat dan rasa syukur. Itulah kunci kebahagiaan sejati."

Aku mengangguk, merasa lebih terinspirasi dan termotivasi. Kami terus berbicara tentang banyak hal---kehidupan, cinta, dan makna. Percakapan kami berlangsung hingga sore hari, dan aku merasa mendapatkan teman baru yang bijaksana.

Malam itu, aku duduk di mejaku, merenungkan semua yang telah aku alami dan pelajari. Aku membuka jendela kamarku, membiarkan angin malam yang sejuk masuk. Cahaya bulan menerangi ruangan, menciptakan suasana yang tenang dan damai.

Aku mengambil buku catatanku dan mulai menulis lagi. Kali ini, aku menulis surat untuk diriku yang lain, sebagai bentuk rasa syukur atas percakapan yang telah mengubah hidupku.

Kepada diriku yang lain,

Terima kasih telah membantuku menemukan makna dalam hidup ini. Percakapan kita telah membuka mataku dan memberikan pencerahan yang tak ternilai. Aku belajar bahwa hidup ini adalah perjalanan yang penuh dengan keindahan, meskipun penuh dengan ketidakpastian.

Aku akan terus menjalani hidupku dengan semangat dan rasa syukur. Aku akan mencari makna dalam setiap momen, menghargai setiap kesempatan, dan berani menghadapi setiap tantangan. Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan ketakutan dan kekhawatiran. Aku akan hidup sepenuhnya, menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana, dan terus belajar dan berkembang.

Terima kasih atas kebijaksanaanmu. Aku akan selalu mengingat kata-katamu dan menjalani hidupku dengan lebih baik.

Salam hangat, Dirimu yang lain

Aku menutup buku catatanku dengan senyuman. Malam itu, aku tidur dengan perasaan damai dan puas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun