(*)
Rinjani Ruby Priskila atau biasa dipanggil Jani. Seorang perempuan yang mempunyai hobi membaca buku apapun. Sudah banyak sekali buku yang dia baca dan tamatkan. Yang Jani suka dari membaca itu, setelah Jani menamatkan bacaannya Jani dapat belajar banyak dari kejadian yg telah dilewati tokoh didalamnya. Jani juga menambah wawasannya mengenai tempat dari latar belakang tempat kejadianya, bahasa yang digunakan dalam bacaannya, pokonya Jani banyak belajar dengan membaca. Karena membaca adalah gudang atau kunci dari pengtahuan. Mulai dari menjadi public speaking, ber argument, mengkritik, sabar, tidak pendendam, rendah hati, dan masih banyak lagi. Itu yang Jani suka dari membaca, Jani dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yg dialami oleh para tokoh.
" Mahh, jani berangkat dulu yaa."
Jani, perempuan biasa yang sedang duduk dibangku SMA. Tinggal bersama kedua orang tuanya dan dua orang saudaranya.
Awan, sahabat jani satu-satunya, sudah parkir didepan rumahnya.
" Pagii Jani, udh sarapan belum nih? "
" Jani hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya "
Yaa seperti biasanya, Jani tak pernah sarapan kalau mau berangkat sekolah. Sepertinya hanya awan yang tau semua kebiasaan Jani mulai dari hal-hal jeleknya hingga hal-hal baik dan luar biasanya yang menjadikan Jani wanita sempurna dimata Awan.
" Yaudah nanti kita sarapan dulu sebentar yaa "
" Tapi ini udh siang Awann " dengan muka yang khawatir akan masuk sekolah kesiangan.
" Kamu sih kebiasaan, kan kasian perut kamu tuh, nanti cacing-cacing di perut kamu pada demo " sambil tertawa.
" Gapapa, mereka udah biasa demo kok setiap hari, nanti juga damai lagi " balasnya sambil tertawa juga.
" Kamu tuh yaa susah kalo dikasih tau, yaudah kita beli makan dibungkus aja yaa, Â nanti istirahat sekolah kita makan bareng, okee? " tanyanya sambil mengusap-usap kepala sahabat satu-satunya itu.
" Okee siap, Â boss Awan" jawabnya sambil tersenyum.
Awan dan Jani berangkat sekolah bersama menggunakan motor ala Dilan. Awan sengaja membeli motor seperti motor dilan yang suka dipakainya untuk menjemput Milea. Entah kenapa Awan memang suka meniru tingkah atau adegan yang ia tonton di film-film favoritnya.
Bagi jani itu tidak masalah, selagi masih positif dan tidak mengganggu atau memberatkan orang lain hehee. Malah ia suka dengan hal konyol yang sering Awan lakukan kepadanya. Menurutnya ia adalah seorang sahabat terkonyol, terlucu, terbaik, ter-terr deh pokonya yang pernah datang di kehidupan Jani.
...Bel istirahat pun berbunyi....
Awan menghampiri Jani ke tempat duduknya dengan membawa dua buah box makan yang telah mereka beli tadi pagi. Saat teman Jani dan teman Awan pergi ke kantin untuk makan. Mereka malah asik makan nasi box itu dikelas. Awan pun menyiapkan dan membuka makanannya.
" Ini tuan putri, selamat makan yaaa. "
" Selamat makan juga raja, " jawabnya sambil mengambil makanan untuk dimasukannya kemulut yang tak tahan lagi dengan demoan cacing-cacing diperutnya hehee.
" Jani berdoa dulu! " tersenyum mengingatkan.
" Pimpin sama kamu dong "
" Yaudah deh, Â bismillahirohman nirohim allahuma barik lana fima razak tana wakina adza banar. "
" Aamiin. "
Tak satu orang yang bilang mereka itu sahabat tapi kok kaya pacaran, jani dan awan pun sudah tak aneh lagi mendengar orang-orang disekitarnya mengejeknya. Romantis banget sihh katanya, Jani dan Awan tak ambil pusing dengan omongon teman-temannya. Mereka sepakat kalau apa yang diomongin orang lain tidak sesuai dengan realitanya yaa biarin aja, tohh orang-orang pun tidak tau semua tentang kita.
Tak lama kemudian bel pulang pun berbunyi, seperti biasa Awan mengajak Jani untuk pulang bareng, tapi kali ini Jani menolaknya. Jani belum mau pulang, Jani masih mau diem disini, masih mau menghirup udara dengan tenang. Jani sedang malas mendengar keributan dirumah. Ya memang sih di setiap keluarga, setiap rumah tangga pasti bakal ada yg namanya berantem. Tapi Jani tidak suka keributan, Jani tidak mau mendengar yang seperti itu.
" Yaudah aku temenin kamu, boleh ya? "Â
Jani pun melirik awan lalu tersenyum mengangguk. Jani bahagia bisa mempunyai sahabat sebaik Awan, zaman sekarang mencari sahabat yang bener-bener peduli sama kita itu susah. Makanya Jani sangat beruntung sekali dipertemukan dengan Awan.
" Jani keluar yu jalan-jalan " ajaknya dengan penuh harapan agar ia mau.
" Kemana? " tanya jani,
" Bebas kemana aja, yang penting jalan. Oww kita cari makan aja yu? "
" Aku lagi ga mood buat makan, kita ke toko buku aja gimana? "
" Yaudah ayo goow "
Kemudian mereka menuju toko buku yang berada di Palasari, karena menurut Jani toko buku tersebut lebih lengkap dari yang lain, Jani memang menyukai hal-hal klasik juga sederhana. Sepanjang jalan mereka saling  bercerita tentang apa yang akan mereka lakukan setelah lulus SMA. Jani dengan kepribadian yang ramah, menarik, supel dan teliti yang ingin menjadi seorang Banker dan Awan menjadi seorang Dokter. Tidak lama tibalah mereka di depan halte Palasari, dan Awan pun memarkirkan sepeda motor tua nya. Menggandeng tangan Jani menuju satu toko yang dijaga oleh seorang Bapak paruh baya berkacamata yang merupakan langganan Awan sedari SMP.
"Dek Awan mau cari buku apa? Udah gede aja udah berani gandeng cewe lagi  canda Pak Paijo.
Lalu Jani melepas gandengan tangan awan dengan spontan sembari senyum-senyum kecil.
"Aduh pak Paijo bisa aja, kenalin sahabat Awan paling cantik namanya Jani, Rinjani Ruby Priskila. Mau cari buku SBMPTN ada ga Pak?"
"Oh tak kira pacarnya Dek awan hhheeee, oh ada ini sebentar tak cari"
Sambil menunggu Pak Paijo mencari buku, tiba-tiba mata Jani tertuju pada satu buah buku yang pernah ia baca sebelumnya yang menurutnya buku tersebut sangat memotivasi. Jani menunjuk buku tersebut dan menyuruh Awan untuk mengambilkannya karena posisi buku yang berada di rak paling atas.
"Awan ambilin buku Mimpi Sejuta Dolar, Merry Riana"
"Yang mana?"
"Itu yang warna biru Awan"
"Oh itu, iyaa sebentar. Ini jan, emang itu buku tentang apa?"
"Jadi buku ini tentang kisah perjuangan mahasiswa yang berkantong pas-pas san hingga bisa meraih penghasilan satu juta dollar di usia dua puluh enam tahun. Pokonya buat kelanjutannya kamu harus baca buku ini sendiri, habis itu kamu harus setor ke aku kalo udah selesai, yaaa?"
"Baik ratu Awann"
"Apaan sih kok ratu Awan?
"Iyaa, itu tuh artinya Jani ratunya aku, jadi Jani ratu Awan"
"Ihh ngomong paansi bisa aja" tiba-tiba pipi Jani memerah.
Pak Paijo pun menghampiri Awan yang sedang asik menggoda  Jani, dengan menyodorkan sebuah buku besar dan tebal. Lalu Awan pun membayarnya ditambah satu novel pilihan Jani. Setelah mendapatkan buku tersebut kemudian merekapun pulang menuju rumah Jani.Â
Setibanya dirumah tepatnya pukul 17.10 Awan memarkirkan motonya didepan rumah Jani karena tiba-tiba hujan datang. Disambutlah kedatangan mereka oleh Bunda Jani yang sedari tadi khawatir menunggu Jani yang tak kunjung pulang.
"Eh anak bunda abis dari mana dulu? HP nya ketinggalan yaa?" ledek bunda yang jelas-jelas mata bunda melihat kea arah HP ku yang kusimpan di dalam saku.
"Maaf bunn, bukannya gamau ngabarin tapi Jani lupa ke asikkan ngobrol sama Awan"
"Ih apaan sih Jann, ko jadi nyalahin aku?"
"Biarin biar kena marah bunda juga, heheee"
"Ohh jadi Awan, Awan lain kali kalo mau ajak Jani main, bilang dulu biar bunda ngga khawatir. Kan kalo jelas perginya sama siapa dan kemana, apalagi kalo pergi sama Awan mah bunda juga percaya."
"Iya bunda maaf, Awan ngga akan ulangin lagi"
"Eh ngga deng bunn, Awan ngga salah, tadi emang Jani yang minta anter Awan buat beli buku, ini bukunya" tunjuknya kepada bunda.
"Ya sudah sekarang kalian makan dulu, tadi bunda sudah masak masakan kesukaan Jani, Pete baloda kan Jani?"
"Ih bunda apaan sih, suka ngarang gitu. Sejak kapan aku makan pete, aku kan gasuka, belum pernah makan pete lagian juga" jawabnya agak sebal.
"Iyaa bunda bercanda, tuh dimeja udah bunda angetin tadi soto ayam nya"
"Hehee makasih bunda, yuu wan kita makan" Jani mengajak Awan ke ruang makan.
Mereka pun makan dengan lahap. Kemudian Awan pulang dengan menyodorkan tangannya untuk pamit kepada Bunda dan Jani. Hati-hati di jalan ya seru Bunda dan Jani .
(**)
Awan. Stratus Gilang Perdana. Orang yang tidak mengerti pasti akan kebingungan dengan nama itu dengan panggilan Awan. Yaa hanya Jani yang mengerti. Jadi menurut Jani Stratus adalah jenis awan rendah yang akan ditemui saat muncul kabut, begitulah Jani menyebut sahabatnya itu Awan. Awan adalah seorang pria tampan Jurusan IPA yang menyukai Biologi. Hobinya adalah membuat sahabatnya tersenyum, begitulah Awan dengan segala kesederhanaan yang ia miliki membuat Jani selalu menyukai setiap sisi Awan. Tak hanya Jani yang jago public speaking, Awan pun juga memiliki kemampuan yang sama. Keduanya cerdas dan sangat humble.
Sebelum menjelang ujian nasional, Awan membuat bucket list tempat mana yang akan ia kunjungi bersama sahabatnya Jani. Salah satunya yaitu Dufan dan Jogja yang merupakan tempat romantis menurut Awan. Siang hari sepulang sekolah Awan menceritakan kepada Jani mengenai bucket list tersebut dan Jani mengiyakan nya tanpa banyak bertanya. Dufan, tempat pertama yang akan mereka kunjungi yaitu pada hari minggu, dua hari lagi.
"Janiiiiii!" Seru Awan yang dini hari sudah tiba di depan rumah Jani untuk mengajaknya ke Dufan. Jani pun keluar rumah menghampiri Awan ditemani oleh bunda. Tak lupa bunda menitipkan Jani pada Awan.
"Hati-hati yaaa Awan, bunda titip Jani, kalo Jani susah dikasih tau kamu lapor bunda aja yaa"
"Siap bunda, aku pamit yaa bun. Bunda tenang aja Awan bakalan jagain Jani"
"Jani berangkat yaa bun, Assalamualaikum" salamnya.
Awan pun menggandeng tangan Jani, jalan menuju terminal Leuwi Panjang karena mereka akan pergi menggunakan bus. Ada perasaan senang yang tidak biasa di rasakan oleh Awan, tangan yang Awan genggam seakan tak ingin ia lepas, seolah dunia ikut merestui perjalanan mereka.Â
Jani pun merasakan hal yang sama, senyum yang tak henti ia pamerkan di setiap perbincangan mereka menjadi bukti bahwa Jani merasa sangat bahagia bak diberi hadiah spesial, karena Awan adalah satu-satunya sahabat yang Jani punya.
Diperjalanan pun mereka berbincang banyak, hal sekecil apapun mereka bahas. Senyum Jani yang merupakan anugerah bagi Awan membuat Awan ingin terus melihat senyumnya. Awan menyodorkan headset untuk didengarkan oleh mereka berdua di sela perjalanan, lagu yang berjudul Love Someone - Lukas graham. Cause when you love someone, you open up your heart, when you love someone you make room, if you love someone and your not afraid to lose em, you'll probably never love someone like I do you'll probably never love someone like I do.Â
Seolah lagu tersebut mewakili perasaan Awan terhadap Jani. Jani pun mendengarnya tanpa banyak tanya.
Saat mendengarkan beberapa lagu yang telah Awan play, tiba-tiba Jani tertidur pulas dipundak Awan. Awan pun langsung mematikan musiknya dan langsung membenarkan posisi duduknya agar Jani tidak sakit badan saat bangun nanti.Â
Sepanjang jalan Awan memerhatikan wajah Jani, sebenarnya ia ingin sekali mengungkapkan bagaimana perasaanya kepada Jani, tapi ia terlalu takut akan resikonya. Ia takut Jani tidak suka dan marah, ia takut semua hal yang biasa ia lakukan bersama Jani menjadi tidak akan terulang kembali.
Saat ini hati Awan tak karuan, ia senang sekaligus gugup. Ada hal tersembunyi yang ingin Awan lakukan setibanya di Dufan nanti. Senang karena bisa mengajak sahabatnya liburan. Gugup karena tak percaya diri apa yang akan dilakukannya itu bisa membuat keadaan berubah. Takut sahabatnya tidak bisa menerima perasaan yang akan diutarakan olehnya. Pokonya detik ini Awan dibingungkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya.Â
Awan sangat menghargai Jani sebagai sahabatnya, tetapi Awan juga tak bisa membohongi perasaannya sendiri kepada Jani. Hari - hari yang ia lewati bersama Jani, canda tawa, tangis sendu, Awan sangat bahagia saat bersama Jani sehingga membuat Awan yakin bahwa itu perasaan cinta. Yaaa Awan mencintai Jani layaknya seorang pasangan kekasih.
Tak lama kemudian bus yang mereka tumpangi pun sampai ke tempat tujuan. Awan segera membangunkan Jani. Jani pun terbangun dan mereka bersiap untuk turun.Â
Banyak sekali wahana yang bisa mereka lihat di Dufan dan tentu saja ingin mereka coba satu per satu. Mulai dari kora-kora, ontang-anting, arung jeram, istana boneka, niagara-gara, bianglala, hysteria dan masih banyak lagi. Mereka menunggu antrian tiap menaiki satu wahana, karena weekend jadi antriannya cukup panjang.Â
Namun Jani tetap bersemangat untuk menaiki setiap wahana yang membuatnya menarik. Satu persatu wahana telah mereka tempuh hingga pukul 18.00 mereka berada di wahana terakhir yang di naiki yaitu bianglala.
Bianglala merupakan saksi keberanian seorang pemuda bernama Awan untuk mengutarakan perasaannya kepada Jani sahabatnya. Diatas Bianglala dikala senja menghiasi langit, Awan pun tiba-tiba menggenggam tangan Jani lalu berkataÂ
"Jani, kamu adalah satu-satunya wanita yang selalu menemani hari-hariku, wanita yang selalu sigap saat aku berkeluh kesah dan ingin berbagi cerita, maka dari itu Jani adalah seseorang yang spesial bagiku bukan sekedar sahabat tapi teman hidup. Jadi maukah jadi pacarku?"
Jani tak habis pikir sahabatnya Awan akan mengatakan hal seperti itu, itu sungguh diluar dugaannya. Jani pun terdiam, seolah dunia berhenti berputar. Jani seketika sulit untuk berbicara, ia tidak tau harus menjawab apa, ia bingung sekaligus takut.Â
Sebenarnya ia juga merasa nyaman bersama Awan. Menurutnya sahabat adalah cara untuk mereka akan selalu bersama. Ia terlalu takut untuk pacaran, karna ia sering melihat orang yang berpacaran itu hanya senang di awalnya saja, kalo sudah lama dan ia merasa bosan lalu tak bisa mempertahankan hubungannya, mereka pasti akan menjadikan satu masalah untuk putus dan setelah itu hubungannya menjadi renggang seperti tidak pernah saling kenal. Jadi Jani memutuskan untuk tidak menanggapinya dulu.
"Awan, bukannya aku tidak menghargai apa yang kamu rasakan, tapi menurutku ini belum saatnya untuk kita menjalin suatu hubungan yang serius. Masih banyak yang perlu kita raih, seperti cita-cita yang kita bicarakan saat di Palasari itu, aku ingin kita bisa menggapai apa yang kita impikan, setelah itu mungkin bisa kita bicarakan. Jadi bagaimana kalo kita saling berjanji?"
"Janji apa jan?"
"Janji, setelah 6 tahun yang akan datang kita akan bertemu kembali lalu kita akan menjalin suatu ikatan serius, bagaimana?"
"Kamu serius jani?"
"Iyaa, kamu ngga keberatan kan?, kita fokus dulu untuk mimpi-mimpi kita"
"Tapi kamu janji kan mau nunggu aku? Aku takut kamu keburu diambil orang hehee"
"Insyaallah aku tunggu kamu sampe kamu udah siap untuk semuanya"
"Promise Jani?"
"Yes, Im promise Awan"
Setelah kejadian yang menegangkan itu selesai, mereka pun pulang kembali kerumah menggunakan bus. Diperjalanan mereka menjadi merasa sedikit canggung untuk mengobrol. Kemudian Awan pun memutuskan untuk kembali memutar musik di handphone nya. Ia kembali menawarkan sebelah headshet nya kepada jani. Dan lagu pertama yang terputar adalah lagu Its You  Ali Gatie. Its you, Its always you, Met a lot of people, but nobady feels like you, So please dont break my heart, Dont tear me apart, I know how it starts, Trust me Ive been broken before, Dont break me again, I am delicate, Please dont break my hearth, Trust me, Ive been broken before.
Selama perjalanan pulang, keduanya saling terdiam seolah terdapat jarak antara mereka, namun sesekali Awan melontarkan candaan pada Jani hingga membuat Jani tertidur di pundak Awan. Yaa Jani memang mempunyai kebiasaan mudah tidur dimana pun ia akan tertidur kalo posisinya memang enak dan mendukung untuk tidur, apalagi tadi Jani baru saja selesai bermain berbagai wahana, membuat Jani merasa sedikit lelah. Sepertinya pundak Awan merupakan salah satu tempat favorit Jani untuk tidur.
"Selamat tidur Jani, Aku menyayangimu." Awan berbisik kepada Jani yang tertidur disebelahnya.
Beberapa bulan kemudian, Jani dan Awan pun  melaksanakan Ujian Nasional yang akan dilaksanakan selama 4 hari. Yang membuat mereka sama sekali tidak saling menghubungi. Sekedar untuk membahas atau memberi semangat pun tidak secara langsung melainkan hanya melalui chatting.
"Semangat yaa Jani"
"Siap Mr Awan, kamu juga"
Happy graduation. Ucap mereka yang sedang berada di acara Prom Night outdoor di tepi Pantai Pangandaran. Dress hitam yang digunakan Jani dengan rambut terurai, dan Jas hitam yang dikenakan Awan membuat mereka terlihat sangat serasi. Angin laut yang membuat rambut Jani bertebaran namun tetap cantik dimata Awan.Â
Mereka berdansa diiringi lagu Endless Love layaknya sepasang kekasih. Disitu pula mereka saling mengingatkan janji yang telah mereka sepakati. Memutar kenangan sepanjang mereka bersama, diakhiri dengan salam perpisahan yang membuat Jani berlinang air mata. Yaaa siapa yang tidak sedih akan ditinggal dengan waktu yang tidak sebentar oleh orang yang di kasihi. Begitupun Jani dan Awan, mereka sangat terbebani dengan perpisahan namun harus, karena mereka percaya kelak akan bertemu kembali dengan Jani dan Awan yang sudah dewasa.
(***)
Hari demi hari mereka menjalani kesehariannya sebagai mahasiswa. Jani mahasiswa jurusan Akuntansi di Universitas ternama di Jakarta. Awan sebagai mahasiswa Kedokteran di Yogyakarta .Â
Selama kuliah mereka saling bertukar kabar namun hanya sesekali karena disibukan oleh aktivitas masing-masing yang keduanya mengikuti organisasi kemahasiswaan. Disana mereka menemukan dunia baru, Jani tanpa Awan dan Awan tanpa Jani. Sekarang mereka menjalani aktivitas dengan tidak bersamaan lagi.
Jani sekarang mempunyai tiga teman dekat baru sejurusannya yaitu Aliandra, Meldi dan Binta. Mereka merupakan empat sekawan yang selalu terlihat bersama-sama. Sebenarnya ada beberapa kakak tingkat yang selalu mencoba mendekati Jani, namun Jani sepertinya terlihat cuek kepada siapapun yang tengah menggodanya. Hal itu membuat tiga teman Jani menjadi gemas terhadap sikap Jani yang dianggap nya telah menyia-nyiakan hal yang belum tentu orang lain bisa rasakan dan dapatkan. Walaupun ke tiga teman Jani sudah tau akan masa lalu nya Jani, tetapi tetap saja mereka menganggap Jani terlalu cuek kepada semua cowok, apalagi yang mendekati Jani itu rata-rata adalah kakak tingkat. Tapi tetap saja hal itu tidak membuat Jani lupa akan janjinya bersama Awan.
Dikelas Jani merupakan salah satu mahasiswa yang cukup aktif, ia selalu bertanya apabila ada dosen yang menjelaskan sesuatu dengan tidak rinci. Sebenarnya Jani mempunyai target untuk lulus lebih awal dari standar waktu yang telah ditetapkan. Jani ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan kembali bertemu bersama Awan. Jani juga sengaja menyibukkan dirinya dengan berbagai organisasi supaya Jani tidak terlalu ingat kebersamaanya bersama Awan dulu, Jani selalu sedih bahkan sampai menangis jika teringat Awan, tapi Jani tidak pernah menunjukkan kesedihan itu kepada siapapun. Jani selalu berdoa agar Awan disana selalu diberi kesehatan, keamanan dan kebahagiaan.
Begitu pun dengan Awan yang tak kalah sibuknya sebagai anak mahasiswa kedokteran. Awan pun selalu serius dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh dosen, karna Awan juga sama ia ingin segera menyelesaikan per kuliahan ini dengan sebaik dan semaksimal mungkin agar hasil nya juga memuaskan. Selain menjadi mahasiswa Awan juga bekerja sampingan, ia membuka praktik les untuk anak-anak SD dan SMP.Â
Sebenarnya ia tidak punya rencana untuk menjadi guru les privat tapi apa daya, ada seseorang yang menawarkan dan meminta Awan untuk mengajar beberapa anak-anak yang rumahnya tidak jauh dengan kost Awan. Tentu saja Awan tidak akan menolak dan menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia gunakan uang tersebut untuk manambah-nambah keperluannya sehari-hari juga tak lupa sebagian uangnya selalu ia sisihkan untuk ditabung.
Tak terasa enam tahun pun telah terlewati. Sekarang mereka tengah berada di Bandung, tempat asal mereka. Kini dua insan tersebut telah memiliki profesi nya masing-masing, Jani seorang banker dan Awan seorang Dokter. Mereka mengadakan sebuah pertemuan di suatu Caf outdoor yang begitu romantis dengan pemandangan bukit nan indah. Mereka saling bertukar cerita tentang keseharian mereka disana sampai tak kenal waktu. Di akhir cerita tiba-tiba suasana menjadi hening dan terdengar sebuah iringan biola dengan lagu klasik, lalu dengan segera tangan Awan menunjukan sebuah kotak dan berkata
"Will you marry me?"
"OMG Awan, this is really a surprise. I cant believe you will do it. Its really right?" Kata Jani dengan pipi memerah dan mata berbinar-binar.
"Yes Jani Im serious, aku selalu mencintaimu dalam setiap waktu, aku mencintaimu dalam setiap kegiatanku, aku tidak pernah berpikir akan ada wanita lain yang menggantikan posisimu di hatiku, karena kamu cuma satu Jani, untukku. So, how the answer?" Ungkap Awan dengan serius sembari tetap menggenggam tangan Jani.
"Yes Awan. I will dengan singkat dan tegas sambil mengeluarkan air mata bahagia.
"Jan, masa nangis sih?" mengusap air mata Jani.
"Ini tuh air mata bahagia Awan, Mr Awan kuuu. Karena aku sangat bahagia akhirnya kita kembali lagi dan tak akan pernah terpisah. Tak perlu menahan lagi untuk rindu, tak perlu khawatir ketika tak di dekat, tak perlu curiga ketika tak bertukar kabar. I'm so happy you know" Â balas Jani sambal merengek.
"I know Jani, I love you" mengecup kening Jani.
Akhirnya kisah dua orang sahabat yang saling mencintai kini berakhir di pelaminan, mengucapkan janji suci dan bahagia bersama. Ketika seseorang sangat percaya bahwa sesuatu yang miliknya akan kembali lagi walaupun terpisah jarak dan terhalang waktu. Begitulah prinsip mereka, saling  menjaga dan saling percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H