"Ih bunda apaan sih, suka ngarang gitu. Sejak kapan aku makan pete, aku kan gasuka, belum pernah makan pete lagian juga" jawabnya agak sebal.
"Iyaa bunda bercanda, tuh dimeja udah bunda angetin tadi soto ayam nya"
"Hehee makasih bunda, yuu wan kita makan" Jani mengajak Awan ke ruang makan.
Mereka pun makan dengan lahap. Kemudian Awan pulang dengan menyodorkan tangannya untuk pamit kepada Bunda dan Jani. Hati-hati di jalan ya seru Bunda dan Jani .
(**)
Awan. Stratus Gilang Perdana. Orang yang tidak mengerti pasti akan kebingungan dengan nama itu dengan panggilan Awan. Yaa hanya Jani yang mengerti. Jadi menurut Jani Stratus adalah jenis awan rendah yang akan ditemui saat muncul kabut, begitulah Jani menyebut sahabatnya itu Awan. Awan adalah seorang pria tampan Jurusan IPA yang menyukai Biologi. Hobinya adalah membuat sahabatnya tersenyum, begitulah Awan dengan segala kesederhanaan yang ia miliki membuat Jani selalu menyukai setiap sisi Awan. Tak hanya Jani yang jago public speaking, Awan pun juga memiliki kemampuan yang sama. Keduanya cerdas dan sangat humble.
Sebelum menjelang ujian nasional, Awan membuat bucket list tempat mana yang akan ia kunjungi bersama sahabatnya Jani. Salah satunya yaitu Dufan dan Jogja yang merupakan tempat romantis menurut Awan. Siang hari sepulang sekolah Awan menceritakan kepada Jani mengenai bucket list tersebut dan Jani mengiyakan nya tanpa banyak bertanya. Dufan, tempat pertama yang akan mereka kunjungi yaitu pada hari minggu, dua hari lagi.
"Janiiiiii!" Seru Awan yang dini hari sudah tiba di depan rumah Jani untuk mengajaknya ke Dufan. Jani pun keluar rumah menghampiri Awan ditemani oleh bunda. Tak lupa bunda menitipkan Jani pada Awan.
"Hati-hati yaaa Awan, bunda titip Jani, kalo Jani susah dikasih tau kamu lapor bunda aja yaa"
"Siap bunda, aku pamit yaa bun. Bunda tenang aja Awan bakalan jagain Jani"
"Jani berangkat yaa bun, Assalamualaikum" salamnya.
Awan pun menggandeng tangan Jani, jalan menuju terminal Leuwi Panjang karena mereka akan pergi menggunakan bus. Ada perasaan senang yang tidak biasa di rasakan oleh Awan, tangan yang Awan genggam seakan tak ingin ia lepas, seolah dunia ikut merestui perjalanan mereka.Â