Jani tak habis pikir sahabatnya Awan akan mengatakan hal seperti itu, itu sungguh diluar dugaannya. Jani pun terdiam, seolah dunia berhenti berputar. Jani seketika sulit untuk berbicara, ia tidak tau harus menjawab apa, ia bingung sekaligus takut.Â
Sebenarnya ia juga merasa nyaman bersama Awan. Menurutnya sahabat adalah cara untuk mereka akan selalu bersama. Ia terlalu takut untuk pacaran, karna ia sering melihat orang yang berpacaran itu hanya senang di awalnya saja, kalo sudah lama dan ia merasa bosan lalu tak bisa mempertahankan hubungannya, mereka pasti akan menjadikan satu masalah untuk putus dan setelah itu hubungannya menjadi renggang seperti tidak pernah saling kenal. Jadi Jani memutuskan untuk tidak menanggapinya dulu.
"Awan, bukannya aku tidak menghargai apa yang kamu rasakan, tapi menurutku ini belum saatnya untuk kita menjalin suatu hubungan yang serius. Masih banyak yang perlu kita raih, seperti cita-cita yang kita bicarakan saat di Palasari itu, aku ingin kita bisa menggapai apa yang kita impikan, setelah itu mungkin bisa kita bicarakan. Jadi bagaimana kalo kita saling berjanji?"
"Janji apa jan?"
"Janji, setelah 6 tahun yang akan datang kita akan bertemu kembali lalu kita akan menjalin suatu ikatan serius, bagaimana?"
"Kamu serius jani?"
"Iyaa, kamu ngga keberatan kan?, kita fokus dulu untuk mimpi-mimpi kita"
"Tapi kamu janji kan mau nunggu aku? Aku takut kamu keburu diambil orang hehee"
"Insyaallah aku tunggu kamu sampe kamu udah siap untuk semuanya"
"Promise Jani?"
"Yes, Im promise Awan"