Setelah diskusi berlima, semua ingin melihat kawah Ijen yang cantik, ingin melihat blue fire yang hanya ada 2 di dunia, diputuskanlah mendaki ke Ijen, namun sekuatnya si bungsu saja, melihat sikon dan tidak harus sampai puncak.
Dini hari tanggal 1 Januari 2023 pukul 02.30 WIB kami check out dari hotel menuju ke titik pendakian di Paltuding. Cuaca tidak begitu bersahabat karena hujan gerimis dan sedikit berkabut.
Kami berharap semakin siang cuaca akan cerah dan ketika sampai puncak kami bisa melihat blue fire yang bisa dinikmati sampai sebelum jam 05.00 pagi. Namun karena start kami agak kesiangan yaitu pukul 04.00 WIB, kami tidak berharap banyak bisa menyaksikan blue fire.Â
Dari titik pendakian di Paltuding sekitar 1.800 mdpl sampai ke pos 1 dan 2 jalur tracking masih lebar dan bagus. Ada 7 pos yang harus dilalui sebelum sampai puncak. Semakin ke atas jalur tracking semakin sulit, semakin terjal, menyempit serta licin sebab gerimis dan hujan turun sehingga perlu kehati-hatian.
Apalagi jika berpapasan dengan pendaki yang turun dari puncak atau ojeg (ojeg berupa gerobak yang digunakan untuk membawa para pendaki yang kehabisan tenaga untuk naik atau turun gunung).
Di samping itu semakin ke atas juga semakin menyengat bau belerang, sehingga perlu memakai masker. Kami berhenti di pos 3 untuk shalat subuh sekitar pukul 05.00 WIB.
Semakin ke atas cuaca tidak semakin cerah tetapi justru semakin berkabut, namun kami tetap mendaki dengan harapan ketika sampai puncak matahari mulai bersinar nanti kabut akan sirna dan terlihat pemandangan awan gunung serta kawah yang indah.
Kami melakukan pendakian sekuatnya sebab ada pendaki pemula. Untuk saya dan suami, dulu saat kuliah merupakan anggota Mapala dan sering melakukan pendakian dan pendakian Gunung Ijen ini merupakan yang pertama kali setelah 28 tahun tidak pernah mendaki.Â
Slow but sure, alon-alon waton klakon begitulah prinsipnya. Beristirahat sejenak jika kaki mulai terasa pegel dan nafas tersengal-sengal alias ngos-ngosan.
Pos demi pos kami lalui, tetap dengan semangat mencapai puncak. Sepanjang perjalanan kami menikmati keindahan yang bisa dilihat dan dirasakan. Rimbun hijau pepohonan, desau angin yang terdengar cukup kencang, rasa dingin yang menusuk, kabut yang semakin tebal, bahkan keluarnya uap dari mulut saat berbicara pun menjadi sesuatu yang menggembirakan bagi kami.Â