Rintangan tersebut tentu tidak mudah bagi Faldo. Ia hanya mencoba menaikkan popularitas dengan mengunjungi titik demi titik sebagaimana yang dilakukannya di ketika Pileg kemarin. Namun, harus diakui, kapal yang ia gunakan untuk maju menuju Sumbar-1 terdapat bocor (Minang: tirih) yang cukup serius.
Artinya, sangat jauh dari kemungkinan baginya untuk menduduki kursi calon gubernur,apalagi duduk sebagai gubernur. Sepertinya -- sesuai logika-- ia mengaharapkan kursi Cawagub, bukan Cagub. Makanya, Ia terus menaikkan elektabilitasnya supaya dapat dilirik dan dipasangkan dengan calon gubernur dari partai yang besar.
Dengan jargon "Sumangaik Baru" (Semangat Baru), tidak cukup bagi Faldo untuk mengangkat elektabilitasnya sebagai Cagub Sumbar. PSI sudah membuat pengalaman buruk untuk pertama kalinya bagi masyarakat Sumatera Barat, terutama dilabeli 'anti-Islam'.Â
Pada akhirnya, yang menjadi PR terbesar bagi Faldo adalah menyiapkan rencana jika kalah dalam kontestasi Pilkada Sumbar tahun 2020 mendatang. Jangan sampai Faldo hanya tergiur dengan politik sesaat  dan kehilangan idealismenya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H