"Nggak usah, Gleiv. Kan nggak baik kalau cewek ke rumah cowok," jawabku mencari-cari alasan.
"Gimana kalau aku yang ke rumah kamu?"
"Jangan," kataku setengah berteriak. Aku merasa dipaksa dan dipojokkan hingga aku tak berkutik. Tapi aku masih punya beribu alasan untuk menolaknya," Kan nggak enak kalau ntar ada yang tahu kamu sering ke rumah aku. Ntar disangkain kita punya hubungan khusus."
"Maksudnya... pacar?"
Aku mengangguk malu.
"Emang kenapa kalau aku disangkain pacar kamu?"
"Ha? Ehmm... ya nggak papa sih," kali ini aku tak bisa menjawab.
"Keiy, dari dulu tuh aku ngrasa kalau kamu selalu merhatiin aku."
Tiba-tiba aku gugup. Aku takut kalau dia menyangka aku jatuh cinta padanya. Padahal, aku kan hanya suka. Tidak lebih dari itu.
"Yaa... terus kenapa, Gleiv?" tanyaku penasaran.
"Apa kamuuu..." Gleiv tidak menyelesaikan kalimatnya.