Dengan pendekatan yang tepat, masjid di Kediri juga bisa menjadi destinasi menarik bagi mereka yang ingin mengetahui lebih dalam sejarah perkembangan Islam di Lombok. Ini sejalan dengan tren global di mana wisata berbasis heritage semakin diminati (Timothy & Olsen, 2006).
Aspek lain yang tak kalah penting dalam wisata halal adalah kuliner. Lombok dikenal dengan kekayaan kulinernya yang khas. Ayam taliwang, plecing kangkung, hingga kopi Sasak dapat dikemas dalam konsep wisata halal yang menarik. Restoran dan kafe bisa mengusung konsep halal-friendly, tidak hanya dalam aspek makanan, tetapi juga dalam suasana dan pelayanannya.
Studi dari Global Muslim Travel Index menunjukkan bahwa wisatawan Muslim cenderung memilih destinasi yang tidak hanya menyediakan makanan halal, tetapi juga lingkungan yang mendukung gaya hidup mereka (Mastercard & CrescentRating, 2021).
Tak hanya kuliner, sektor ekonomi kreatif juga bisa menjadi pendukung utama wisata halal di Kediri. Produksi songkok haji khas Kediri, misalnya, dapat menjadi suvenir unggulan yang bernilai ekonomi tinggi.
Selain itu, seni dan budaya Sasak yang kaya dengan nilai-nilai Islam bisa dikemas dalam pertunjukan seni, lokakarya pembuatan tenun, dan festival budaya berbasis wisata halal. Studi tentang pariwisata budaya menunjukkan bahwa wisata berbasis komunitas lebih berkelanjutan karena melibatkan partisipasi langsung masyarakat lokal (Scheyvens, 2002).
Namun, pengembangan wisata halal di Kediri tentu menghadapi tantangan. Infrastruktur masih menjadi kendala utama. Akses transportasi yang terbatas membuat wisatawan kesulitan mencapai Kediri. Kesiapan masyarakat dalam menerima konsep wisata halal juga harus ditingkatkan.
Tanpa partisipasi aktif masyarakat, konsep ini akan sulit berjalan. Peran ulama dan tokoh agama sangat penting dalam menjembatani pemahaman masyarakat bahwa wisata halal bukan hanya strategi ekonomi, tetapi juga bagian dari dakwah kultural (Ratten, 2021).
Selain dukungan dari komunitas lokal, generasi muda harus dilibatkan dalam pengembangan wisata halal di Kediri. Peran mereka penting dalam inovasi dan kreativitas, terutama dalam memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan destinasi wisata halal secara efektif dan berkelanjutan.
Digitalisasi menjadi kunci pemasaran wisata halal Kediri. Dengan strategi digital yang tepat, destinasi ini bisa dikenal luas. Media sosial, platform pemesanan online, dan aplikasi wisata halal berbasis teknologi harus dimanfaatkan untuk menarik wisatawan global (Rahman et al., 2020).
Untuk mewujudkan wisata halal yang berkelanjutan, sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha menjadi faktor kunci. Kabupaten Lombok Barat perlu memiliki Badan Riset yang salah satunya kegiatannya fokus pada pengembangan wisata halal berbasis data dan kajian akademis.Â
Badan ini dapat berperan dalam melakukan riset pasar, menyusun strategi pemasaran, serta merancang kebijakan yang mendukung ekosistem wisata halal yang kompetitif (Hall & Prayag, 2020), dengan melibatkan pesantren dan perguruan tinggi yang ada.