Pendekatan berbasis empati terbukti memberikan hasil positif, seperti penurunan tingkat kekerasan di wilayah yang rawan konflik. Ini menunjukkan bahwa pendekatan empati mampu menciptakan pemahaman yang lebih baik antar individu dan kelompok, sehingga mengurangi ketegangan. Menurut Peace Research Institute Oslo (2019), implementasi strategi ini berperan signifikan mengurangi eskalasi konflik.
Membangun Sekolah Perjumpaan di Desa
Untuk membangun Sekolah Perjumpaan di desa, diperlukan beberapa langkah strategis. Pertama, pemerintah desa perlu menetapkan komitmen untuk mendukung program ini sebagai bagian dari agenda pembangunan sosial. Dukungan anggaran melalui Dana Desa atau kemitraan dengan organisasi masyarakat sipil dapat menjadi langkah awal yang konkret.
Kedua, pelatihan fasilitator lokal sangat penting. Pendamping desa dan tokoh masyarakat perlu dibekali kemampuan mediasi konflik, manajemen emosi, dan teknik fasilitasi dialog. Pelatihan ini dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang resolusi konflik.
Ketiga, desain program harus inklusif dan berkelanjutan. Kegiatan seperti lokakarya, pelatihan keterampilan, hingga kegiatan kolaboratif dapat menjadi bagian dari kurikulum Sekolah Perjumpaan. Fokusnya tidak hanya pada penyelesaian konflik, tetapi juga pada penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tantangan bersama di masa depan.
Tantangan dan Peluang
Meski memiliki banyak kelebihan, penerapan Sekolah Perjumpaan juga menghadapi tantangan. Salah satu kendala utama adalah resistensi dari kelompok tertentu yang merasa dirugikan, misalnya dalam proses Pilkades. Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia dan finansial sering kali menjadi hambatan dalam implementasi program.
Namun, peluang memperluas model ini sangat besar. Keberhasilan di desa seperti Bangket Bilong menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, Sekolah Perjumpaan dapat menjadi alat yang efektif guna membangun kembali kepercayaan dan solidaritas di tingkat komunitas.
---
Sekolah Perjumpaan merupakan harapan baru bagi desa-desa yang ingin bangkit dari konflik pasca-Pilkades. Dengan memadukan nilai-nilai lokal dan praktik global, model ini dapat menjadi inspirasi bagi pengelolaan konflik yang lebih humanis dan berkelanjutan. Tidak hanya menciptakan perdamaian, Sekolah Perjumpaan juga menghidupkan kembali semangat kebersamaan yang menjadi akar budaya bangsa kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H