Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Desa Cerdas Melalui Pendidikan Nonformal Berkelanjutan untuk Generasi Z

3 Januari 2025   15:24 Diperbarui: 3 Januari 2025   15:24 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelebihan Generasi Z dalam pendidikan terletak pada kemampuannya belajar secara mandiri (sumber: Generator AI Meta)

Generasi Z tumbuh di tengah perubahan global yang begitu cepat. Mereka lahir di era digital, yang memungkinkan mereka memiliki akses luas terhadap informasi dan teknologi. 

Di sisi lain, tantangan pendidikan, terutama di desa-desa Indonesia, masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Bagaimana desa dapat memanfaatkan potensi generasi ini? Bagaimana pendidikan nonformal dapat menjadi solusi untuk membangun desa yang cerdas dan tangguh?

Kelebihan Generasi Z dalam hal pendidikan terletak pada kemampuan mereka belajar secara mandiri. Mereka akrab dengan teknologi dan mampu memanfaatkan platform pembelajaran daring.

Generasi ini juga memiliki semangat yang tinggi mencoba hal baru dan cenderung berpikir kritis. Dalam konteks desa, potensi ini menjadi peluang besar mengembangkan sumber daya manusia yang lebih unggul.

Generasi Z juga memiliki kelemahan. Ketergantungan pada teknologi menyebabkan kurangnya keterampilan sosial dan rasa empati. Di desa-desa, akses teknologi belum merata.

Hal ini memperlebar kesenjangan antara mereka yang tinggal di pusat desa dengan yang berada di wilayah terpencil. Kelemahan lainnya adalah minimnya keterampilan praktis karena sebagian besar perhatian mereka terserap oleh dunia maya.

Lombok Barat, dengan 125 desa dan 612 lembaga pendidikan nonformal, menunjukkan bahwa ada potensi besar meningkatkan kualitas pendidikan nonformal. Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2025) mencatat bahwa pendidikan formal di Lombok Barat mencapai 1.062 satuan pendidikan.

Kecamatan Sekotong, misalnya, memiliki 98 lembaga pendidikan nonformal, jumlah tertinggi dibanding kecamatan lain. Sementara Kecamatan Gerung memiliki 151 lembaga pendidikan formal, yang menjadi peluang sinergi antara pendidikan formal dan nonformal.

Langkah strategis pertama yang bisa dilakukan desa adalah memanfaatkan Dana Desa untuk membangun pusat belajar komunitas (community learning center). Pusat ini dapat menjadi tempat pelatihan keterampilan praktis seperti bertani organik, keterampilan digital, hingga manajemen usaha kecil.

Di Sekotong, misalnya, dengan jumlah lembaga nonformal yang tinggi, pusat ini dapat menjadi wadah kolaborasi antarlembaga untuk berbagi sumber daya dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kedua, desa perlu mengadakan pelatihan bagi generasi Z yang berbasis pada kebutuhan lokal. Kecamatan Batu Layar, dengan keindahan pariwisatanya, dapat memanfaatkan lembaga nonformal untuk melatih generasi muda dalam pengelolaan pariwisata, perhotelan, atau bahasa asing. Pelatihan ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga membangun rasa cinta pada kampung halaman.

Ketiga, desa dapat memfasilitasi kerja sama antara lembaga formal dan nonformal. Contohnya, di Kecamatan Narmada yang memiliki 148 lembaga pendidikan formal, lembaga formal dapat menjadi mitra mengembangkan kurikulum pendidikan nonformal yang relevan.

Kerja sama ini bisa berupa program pelatihan tambahan, kegiatan ekstrakurikuler, atau pemanfaatan fasilitas pendidikan formal untuk kegiatan nonformal.

Keempat, penguatan akses digital di desa. Dalam era digital, pendidikan tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Desa dapat menggunakan dana desa untuk memperluas akses internet di wilayah terpencil.

Dengan akses ini, generasi Z di desa dapat mengikuti pelatihan daring, mengakses materi belajar, atau bahkan terhubung dengan mentor dari luar daerah. Sebuah studi oleh UNESCO (2022) menunjukkan bahwa akses internet yang merata dapat meningkatkan partisipasi generasi muda dalam program pendidikan hingga 30%.

Kelima, desa perlu membangun sistem monitoring dan evaluasi. Setiap program yang dilaksanakan harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya. Desa dapat melibatkan lembaga pendidikan formal, tokoh masyarakat, dan pemuda desa untuk memberikan masukan serta rekomendasi perbaikan.

Konteks Lombok Barat memberikan gambaran bahwa sinergi antara pendidikan formal dan nonformal adalah kunci. Misalnya, Kecamatan Gunungsari dengan 136 lembaga formal dan 77 lembaga nonformal dapat menjadi model kolaborasi yang saling menguntungkan.

Pendidikan formal menyediakan dasar akademik, sedangkan pendidikan nonformal melengkapi dengan keterampilan praktis yang dibutuhkan generasi Z di lapangan.

Tidak kalah penting, desa perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Program pendidikan nonformal yang berhasil adalah yang berbasis pada kebutuhan dan potensi lokal.

Masyarakat harus dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Dalam hal ini, pendidikan nonformal tidak hanya membangun keterampilan generasi muda tetapi juga membangun solidaritas dan partisipasi masyarakat.

Pendidikan nonformal juga dapat diarahkan guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Desa. Salah satu targetnya adalah SDGs ke-4, yaitu pendidikan desa berkualitas untuk semua.

Dengan memanfaatkan dana desa, program pendidikan nonformal dapat dirancang untuk meningkatkan literasi, keterampilan kerja, dan kesetaraan pendidikan di desa. Penelitian dari World Bank (2023) menunjukkan bahwa investasi dalam pendidikan nonformal memiliki dampak ekonomi yang signifikan, terutama di komunitas pedesaan.

Akhirnya, keberlanjutan program adalah hal utama. Desa harus memastikan bahwa pendidikan nonformal menjadi bagian integral dari pembangunan desa, bukan hanya proyek sementara.

Generasi Z adalah aset besar bagi desa. Dengan pendekatan yang tepat, mereka tidak hanya akan menjadi individu yang unggul tetapi juga penggerak utama dalam membangun desa yang tangguh dan cerdas.

Pendidikan nonformal bukan sekadar alternatif. Ia adalah solusi untuk menjawab kebutuhan desa yang kompleks. Dengan langkah strategis yang melibatkan semua pihak, desa dapat memanfaatkan potensi generasi Z untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Lombok Barat, dengan potensi besar yang dimilikinya, bisa menjadi model bagi pengembangan pendidikan nonformal berkelanjutan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun