Kedua, desa perlu mengadakan pelatihan bagi generasi Z yang berbasis pada kebutuhan lokal. Kecamatan Batu Layar, dengan keindahan pariwisatanya, dapat memanfaatkan lembaga nonformal untuk melatih generasi muda dalam pengelolaan pariwisata, perhotelan, atau bahasa asing. Pelatihan ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga membangun rasa cinta pada kampung halaman.
Ketiga, desa dapat memfasilitasi kerja sama antara lembaga formal dan nonformal. Contohnya, di Kecamatan Narmada yang memiliki 148 lembaga pendidikan formal, lembaga formal dapat menjadi mitra mengembangkan kurikulum pendidikan nonformal yang relevan.
Kerja sama ini bisa berupa program pelatihan tambahan, kegiatan ekstrakurikuler, atau pemanfaatan fasilitas pendidikan formal untuk kegiatan nonformal.
Keempat, penguatan akses digital di desa. Dalam era digital, pendidikan tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Desa dapat menggunakan dana desa untuk memperluas akses internet di wilayah terpencil.
Dengan akses ini, generasi Z di desa dapat mengikuti pelatihan daring, mengakses materi belajar, atau bahkan terhubung dengan mentor dari luar daerah. Sebuah studi oleh UNESCO (2022) menunjukkan bahwa akses internet yang merata dapat meningkatkan partisipasi generasi muda dalam program pendidikan hingga 30%.
Kelima, desa perlu membangun sistem monitoring dan evaluasi. Setiap program yang dilaksanakan harus dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya. Desa dapat melibatkan lembaga pendidikan formal, tokoh masyarakat, dan pemuda desa untuk memberikan masukan serta rekomendasi perbaikan.
Konteks Lombok Barat memberikan gambaran bahwa sinergi antara pendidikan formal dan nonformal adalah kunci. Misalnya, Kecamatan Gunungsari dengan 136 lembaga formal dan 77 lembaga nonformal dapat menjadi model kolaborasi yang saling menguntungkan.
Pendidikan formal menyediakan dasar akademik, sedangkan pendidikan nonformal melengkapi dengan keterampilan praktis yang dibutuhkan generasi Z di lapangan.
Tidak kalah penting, desa perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Program pendidikan nonformal yang berhasil adalah yang berbasis pada kebutuhan dan potensi lokal.
Masyarakat harus dilibatkan sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Dalam hal ini, pendidikan nonformal tidak hanya membangun keterampilan generasi muda tetapi juga membangun solidaritas dan partisipasi masyarakat.
Pendidikan nonformal juga dapat diarahkan guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Desa. Salah satu targetnya adalah SDGs ke-4, yaitu pendidikan desa berkualitas untuk semua.