Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Desa Tematik dan Kemungkinan Peran Tambahan Pendamping Desa #kompasianaDESA

2 Januari 2025   14:04 Diperbarui: 13 Januari 2025   13:50 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yandri Susanto, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, (sumber: https://nasional.kompas.com/read/2024/10/14/15454321/)

Dalam dinamika pembangunan desa yang terus berkembang, konsep desa tematik menjadi wacana menarik yang digagas pemerintah guna mempercepat pencapaian ketahanan pangan. Presiden Prabowo Subianto, melalui Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Yandri Susanto, menyampaikan rencana ini.

Ide desa tematik, seperti “desa padi” atau “desa jagung,” menempatkan setiap desa pada peran spesifik sesuai potensi lokalnya. Namun, bagaimana implementasi konsep ini dan apa peran pendamping desa ke depan?

Pendamping desa, sebagai ujung tombak program pembangunan desa, memiliki peran vital dalam menghubungkan kebijakan nasional dengan kebutuhan lokal desa. Dalam kerangka desa tematik, pendamping tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator tetapi juga sebagai agen perubahan.

Peran teknis pendamping diprediksi akan lebih terarah pada penguatan kapasitas warga desa, terutama dalam memahami dan menjalankan modul-modul yang sedang disusun oleh Kementerian Desa (Tirto, 2024). Misalnya, dalam konteks “desa padi,” pendamping harus memastikan bahwa petani mendapatkan pelatihan intensif tentang teknologi pertanian modern.

Tugas teknis lainnya melibatkan pemetaan potensi desa. Pendamping harus mampu menganalisis sumber daya yang ada, baik alam maupun manusia, untuk menentukan jenis tematik yang paling sesuai. Dalam hal ini, pendekatan partisipatif menjadi kunci keberhasilan.

Pendamping perlu mengedukasi masyarakat agar terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori pembangunan berbasis komunitas yang menekankan pentingnya kolaborasi lokal dalam merancang kebijakan (Chambers, 1994).

Secara non-teknis, peran pendamping desa akan bertransformasi menjadi katalis sosial yang mendorong solidaritas dan semangat kolektif. Dalam konteks desa tematik, keberhasilan program sangat bergantung pada tingkat kebersamaan masyarakat desa.

Pendamping desa perlu memainkan peran sebagai mediator konflik jika terjadi perbedaan pandangan terkait fokus tematik yang dipilih. Mereka juga bertugas memperkuat modal sosial, seperti kepercayaan antarwarga, yang menjadi fondasi penting dalam keberlanjutan program.

Tantangan utama dalam implementasi desa tematik adalah memastikan bahwa pendekatan ini tidak terjebak pada homogenisasi potensi desa. Tidak semua desa cocok difokuskan pada satu tematik tertentu. Karenanya, fleksibilitas dan adaptasi menjadi aspek yang harus diutamakan oleh pendamping desa.

Mereka perlu mengadvokasi kebijakan yang tidak hanya mempertimbangkan potensi ekonomi tetapi juga keberlanjutan lingkungan dan inklusivitas sosial. Menurut laporan BPSDM Kemendes, pendekatan holistik menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa (Kemendes, 2023).

Selain itu, peran pendamping desa dalam pengelolaan dana desa akan semakin strategis. Mereka harus memastikan bahwa selain alokasi anggaran harus sesuai dengan fokus penggunaan dana desa, juga menyesuaikan dengan kebutuhan pengembangan tematik desa.

Pengawasan dan akuntabilitas menjadi prioritas, mengingat risiko penyalahgunaan dana yang masih menjadi isu krusial di beberapa daerah. Dalam hal ini, pendamping berfungsi sebagai pengawal transparansi, membantu kepala desa menyusun laporan keuangan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Program desa tematik juga membuka peluang bagi pendamping desa menjadi mentor dalam hal kewirausahaan berbasis desa. Misalnya, pendamping membantu mengembangkan produk unggulan berbasis komoditas lokal yang sesuai dengan tematik desa.

Hal ini tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga memperkuat identitas desa di tingkat nasional. Pendekatan ini telah terbukti berhasil dalam program sejenis di negara-negara lain, seperti Thailand yang mengembangkan konsep OTOP (One Tambon One Product) (Jurnal Pembangunan Desa, 2021).

Lebih jauh, desa tematik memerlukan integrasi dengan program nasional lainnya, seperti SDGs Desa. Pendamping desa menjadi penghubung utama dalam memastikan bahwa fokus tematik desa sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan.

Misalnya, desa tematik berbasis pangan seperti “desa jagung” berkontribusi pada tujuan “Desa Tanpa Kelaparan.” Peran pendamping di sini adalah merancang rencana kerja yang menghubungkan program lokal dengan indikator SDGs.

Penting juga bagi pendamping memahami dinamika lokal yang bisa memengaruhi keberhasilan implementasi desa tematik. Banyak desa di Indonesia memiliki karakteristik unik yang tidak bisa digeneralisasi.

Faktor seperti budaya, adat istiadat, dan pola kepemimpinan lokal sangat memengaruhi bagaimana suatu program diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini, pendamping harus memiliki kecakapan komunikasi yang baik dan pemahaman mendalam tentang konteks sosial dan budaya setempat.

Guna memastikan keberhasilan program, pendamping desa juga dituntut mampu membangun jaringan dengan berbagai pihak. Kerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta bisa membuka peluang inovasi baru dalam pengembangan desa tematik.

Misalnya, universitas membantu melakukan penelitian tentang potensi lokal, sementara sektor swasta bisa berkontribusi melalui pendanaan atau transfer teknologi. Kolaborasi semacam ini telah dilakukan di beberapa daerah dan menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang (Supriatna, 2022).

Pendamping Lombok Tengah misalnya, melalui koordinator kabupaten telah membangun komunikasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset seperti Badan Riset Daerah (BRIDA) unuk mengidentifikasi potensi desa-desa yang ada. Kolaborasi ini bertujuan mengembangkan program berbasis riset yang lebih tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal masing-masing desa.

BRIDA bersama perguruan tinggi lokal akan melakukan penelitian terkait pertanian organik di desa-desa yang memiliki lahan subur, sehingga menghasilkan rekomendasi kebijakan yang mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan. Setelah sebelumnya beberapa perguruan tinggi seperti Institut Nurul Hakim mendorong mahasiswa melakukan penelitian tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Selain itu, sektor swasta juga terlibat aktif dalam mendukung pembangunan desa melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), yang sering kali diarahkan pada peningkatan infrastruktur, pendidikan, dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat desa.

Dengan adanya dana dan dukungan teknis dari sektor swasta, pengembangan teknologi tepat guna yang sesuai dengan karakteristik desa tematik menjadi lebih cepat terwujud, seperti pengolahan hasil pertanian atau produk olahan desa yang memiliki daya saing di pasar lokal maupun global.

Kerja sama antara pendamping desa, perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta ini diharapkan tidak hanya menghasilkan solusi praktis yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, tetapi juga mendorong terbentuknya ekosistem inovasi yang akan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Desa.

Di sisi lain, tantangan perubahan iklim juga menjadi isu yang harus diantisipasi dalam pengembangan desa tematik. Pendamping desa perlu mendorong masyarakat menerapkan praktik ramah lingkungan dalam pengelolaan sumber daya alam.

Pada desa tematik berbasis pertanian, penggunaan pupuk organik dan teknologi irigasi hemat air bisa menjadi solusi. Pendamping bisa memfasilitasi pelatihan tentang adaptasi terhadap perubahan iklim untuk meningkatkan ketahanan desa dengan menggandeng pihak swasta atau NGO yang concern pada program ini.

Ke depan, peran pendamping desa tidak hanya berfokus pada implementasi program tetapi juga pada evaluasi dan monitoring. Mereka harus memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pendekatan berbasis data perlu diterapkan guna mengevaluasi efektivitas program dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan. Dalam hal ini, teknologi informasi dimanfaatkan mempercepat proses pengumpulan dan analisis data.

Pada akhirnya, keberhasilan desa tematik sangat bergantung pada sinergi antara pendamping desa, pemerintah, dan masyarakat. Pendamping desa memiliki tanggung jawab besar menjadi garda depan perubahan di desa. Mereka tidak hanya sekadar fasilitator tetapi juga pemimpin lokal yang memegang kunci keberhasilan program desa tematik.

Pemerintah perlu memastikan bahwa para pendamping mendapatkan pelatihan yang memadai, serta akses pada sumber daya dan informasi yang relevan. Dengan demikian, program desa tematik berjalan optimal dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa.

Dengan pengelolaan yang baik dan peran pendamping desa yang maksimal, konsep desa tematik memiliki potensi besar mengubah landscape pembangunan desa di Indonesia. Tidak hanya sebagai strategi pencapaian ketahanan pangan, tetapi juga sebagai model pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun