Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Desa Tematik dan Kemungkinan Peran Tambahan Pendamping Desa

2 Januari 2025   14:04 Diperbarui: 2 Januari 2025   14:04 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yandri Susanto, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, (sumber: https://nasional.kompas.com/read/2024/10/14/15454321/)

Selain itu, peran pendamping desa dalam pengelolaan dana desa akan semakin strategis. Mereka harus memastikan bahwa selain alokasi anggaran harus sesuai dengan fokus penggunaan dana desa, juga menyesuaikan dengan kebutuhan pengembangan tematik desa.

Pengawasan dan akuntabilitas menjadi prioritas, mengingat risiko penyalahgunaan dana yang masih menjadi isu krusial di beberapa daerah. Dalam hal ini, pendamping berfungsi sebagai pengawal transparansi, membantu kepala desa menyusun laporan keuangan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Program desa tematik juga membuka peluang bagi pendamping desa menjadi mentor dalam hal kewirausahaan berbasis desa. Misalnya, pendamping membantu mengembangkan produk unggulan berbasis komoditas lokal yang sesuai dengan tematik desa.

Hal ini tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga memperkuat identitas desa di tingkat nasional. Pendekatan ini telah terbukti berhasil dalam program sejenis di negara-negara lain, seperti Thailand yang mengembangkan konsep OTOP (One Tambon One Product) (Jurnal Pembangunan Desa, 2021).

Lebih jauh, desa tematik memerlukan integrasi dengan program nasional lainnya, seperti SDGs Desa. Pendamping desa menjadi penghubung utama dalam memastikan bahwa fokus tematik desa sejalan dengan target pembangunan berkelanjutan.

Misalnya, desa tematik berbasis pangan seperti “desa jagung” berkontribusi pada tujuan “Desa Tanpa Kelaparan.” Peran pendamping di sini adalah merancang rencana kerja yang menghubungkan program lokal dengan indikator SDGs.

Penting juga bagi pendamping memahami dinamika lokal yang bisa memengaruhi keberhasilan implementasi desa tematik. Banyak desa di Indonesia memiliki karakteristik unik yang tidak bisa digeneralisasi.

Faktor seperti budaya, adat istiadat, dan pola kepemimpinan lokal sangat memengaruhi bagaimana suatu program diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini, pendamping harus memiliki kecakapan komunikasi yang baik dan pemahaman mendalam tentang konteks sosial dan budaya setempat.

Guna memastikan keberhasilan program, pendamping desa juga dituntut mampu membangun jaringan dengan berbagai pihak. Kerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta bisa membuka peluang inovasi baru dalam pengembangan desa tematik.

Misalnya, universitas membantu melakukan penelitian tentang potensi lokal, sementara sektor swasta bisa berkontribusi melalui pendanaan atau transfer teknologi. Kolaborasi semacam ini telah dilakukan di beberapa daerah dan menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang (Supriatna, 2022).

Pendamping Lombok Tengah misalnya, melalui koordinator kabupaten telah membangun komunikasi dengan perguruan tinggi dan lembaga riset seperti Badan Riset Daerah (BRIDA) unuk mengidentifikasi potensi desa-desa yang ada. Kolaborasi ini bertujuan mengembangkan program berbasis riset yang lebih tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal masing-masing desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun