Dalam dunia pendampingan desa, sering kali ditemui kenyataan yang memprihatinkan, yakni minimnya perhatian terhadap literasi. Hal ini tidak hanya mencerminkan masalah individu, tetapi juga berimbas pada pengembangan desa itu sendiri.
Ada "sebagian kecil" pendamping desa yang enggan berliterasi, meskipun mereka sungguh sangat memahami bahwa, berliterasi adalah kunci mencipta perubahan di desa yang mereka dampingi.Â
Tugas pendamping desa bukan hanya soal mendampingi dan memberi solusi, tetapi lebih dari itu. Tugas pendamping yakni menjadi agen perubahan dalam memberikan informasi, seperti memahamkan berbagai regulasi, kebijakan, dan literasi sosial yang ada.
Jika saja pendamping desa ada yang enggan berliterasi, bagaimana mereka bisa mengidentifikasi masalah yang ada di desa dengan baik? Bagaimana mereka bisa menginformasikan dan memahamkan masyarakat desa, jika pengetahuan dasar saja kurang?
Dalam banyak hal, pendamping desa harus mampu menghubungkan kebijakan pemerintah pusat dan daerah dengan kebutuhan pemerintah desa dan masyarakat desa. Untuk itu, kemampuan literasi sangat dibutuhkan.Â
Sayangnya, ada "sebagian kecil" pendamping yang lebih memilih menilai masalah hanya dari apa yang mereka lihat di permukaan, bahkan hanya dari membaca judul sebuah artikel. Mereka lupa bahwa berliterasi adalah pintu pertama melihat lebih dalam dari palung persoalan.
Sebagai contoh, ketika pendamping desa hanya mengandalkan informasi sepotong-sepotong mengenai regulasi, dapat berakibat fatal. Terutama ketika kebijakan yang diterapkan tidak sesuai dengan fakta di lapangan, menjadikan rencana pembangunan desa yang mestinya berjalan lancar jadi tersendat.Â
Penelitian Agustiar (2021)Â "Optimalisasi Peran Pendamping Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa."Â dalam Jurnal Ascarya, menemukan pelaksanaan Dana Desa tidak maksimal, disebabkan kualitas pendamping desa yang tidak cukup memahami cara pengelolaannya secara benar.
Literasi menjadi jembatan yang sangat penting guna menghubungkan berbagai informasi yang ada. Sayangnya, literasi di kalangan pendamping desa, seringkali dipandang sebelah mata.Â
Padahal, semakin tinggi tingkat literasi seseorang, semakin baik pula cara mereka menyampaikan informasi, mengarahkan, dan membantu menyelesaikan masalah.