Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Konsultan - Penikmat Kopi

Saat ini mengabdi pada desa. Kopi satu-satunya hal yang selalu menarik perhatiannya...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ironi Menjadi Koordinator Pendamping Desa

3 Desember 2024   18:51 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekurangan lainnya adalah beban kerja yang sangat tinggi. Sebagai pemimpin tim TPP, Korkab harus memastikan seluruh anggota tim dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Namun, dengan jumlah desa yang sangat banyak di beberapa kabupaten, koordinasi dan supervisi menjadi tantangan besar.

Banyak Korkab yang harus bekerja jauh melampaui jam kerja normal hanya untuk memastikan semua laporan selesai tepat waktu, masalah di lapangan teratasi, dan program-program yang telah direncanakan berjalan sesuai target. Kondisi ini, selain berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka, juga berdampak pada kinerja.

Beban yang berat membuat banyak TAPM enggan menjadi koordinator, dan meskipun sudah menjabat, banyak yang hanya memenuhi kewajiban kunjungan lapangan tanpa turun langsung ke lapangan, melakukan supervisi mendalam, atau menyusun laporan orisinal. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas pendampingan yang seharusnya ditingkatkan.

Belum lagi problem—bahkan sering kali—ketidakselarasan antara kebijakan di tingkat pusat dengan kondisi lapangan. Korkab dihadapkan pada dilema ketika kebijakan yang dirancang oleh Kementerian Desa tidak sepenuhnya cocok dengan kementerian lain, sehingga berdampak sampai ke tingkat kebutuhan maupun realitas di wilayah mereka.

Selain itu, hubungan dengan pemerintah daerah juga kadang menjadi tantangan, terutama jika ada perbedaan pandangan terkait regulasi dan prioritas program pembangunan desa. Dalam situasi seperti ini, Korkab harus memiliki kemampuan diplomasi yang kuat untuk menjaga hubungan baik sekaligus memastikan tujuan program tetap tercapai.

Namun, di balik berbagai kekurangan tersebut, menjadi Korkab juga memiliki beberapa kelebihan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu kelebihan utamanya adalah prestise atau pengakuan sosial yang melekat pada jabatan ini. Sebagai pemimpin TPP di tingkat kabupaten, Korkab menjadi figur sentral yang dianggap sebagai penggerak utama program pembangunan desa.

Posisi ini memberikan kesempatan besar berkontribusi langsung dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa—dalam bahasa agama, kesempatan beramal jariyah-nya lebih luas dibanding yang lain. Tidak sedikit Korkab yang merasa bangga karena dapat menjadi bagian dari perubahan positif yang terjadi di desa-desa di wilayah mereka.

Selain prestise, jabatan ini juga memberikan peluang besar untuk mengembangkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Mengelola tim yang terdiri dari TAPM, Pendamping Desa (PD), dan Pendamping Lokal Desa (PLD) membutuhkan keterampilan komunikasi, koordinasi, dan pengambilan keputusan yang baik.

Dalam proses ini, Korkab dapat memperluas jaringan mereka dengan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah hingga organisasi masyarakat sipil. Pengalaman ini tentu menjadi modal berharga bagi karier mereka di masa depan.

Lebih dari itu, menjadi Korkab juga memberikan kepuasan tersendiri karena dapat melihat langsung dampak dari program yang dijalankan. Ketika desa-desa yang sebelumnya tertinggal mulai menunjukkan kemajuan, dan ketika masyarakat desa dapat menikmati hasil dari program-program yang difasilitasi, rasa bangga dan kepuasan tersebut menjadi nilai tambah yang tidak bisa diukur dengan materi.

Banyak Korkab yang menyatakan bahwa motivasi utama mereka adalah keinginan tulus berkontribusi pada pembangunan desa dan membantu masyarakat keluar dari jerat kemiskinan. Mereka melihat peran ini sebagai jalan mencipta perubahan nyata di akar rumput, meski harus menghadapi berbagai tantangan besar di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun