"Kau pikir permohonan PK-mu itu benar-benar akan mengubah segalanya? Kau pikir dengan seorang saksi kunci, kau bisa bebas begitu saja? Hendra, kau masih belum paham, bukan? Dunia ini bukan tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, melainkan tentang siapa yang memiliki kekuasaan." Arman mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya semakin rendah, tapi penuh ancaman. "Dan kekuasaan itu ada di tanganku."
Hendra mencengkeram kursinya, berusaha menjaga agar kemarahannya tidak meledak di sana. "Aku akan membuktikan kebenaran. Apa pun yang kau lakukan, aku tak akan menyerah."
Arman tertawa kecil. "Buktikanlah. Lihat saja berapa lama lagi kau bisa bertahan. Dan kau tahu? Ada yang lebih menarik dari sekadar kebebasanmu." Dia berdiri, menepuk bahu Hendra dengan sinis. "Saksi kunci itu... mungkin tidak akan pernah sampai ke ruang sidang."
Ucapan Arman membuat darah Hendra mendidih. "Apa maksudmu?"
"Sederhana saja," jawab Arman, dengan suara yang penuh kepastian. "Saksi itu... mungkin sudah hilang." Dia menatap Hendra sejenak sebelum melangkah pergi, meninggalkan Hendra dengan kepala penuh pertanyaan yang menambah kegalauan hatinya.
---BersambungÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H