Setiap 7 Oktober, kita memperingati Hari Bakti Pendamping Desa, sebuah momentum untuk mengenang dan menghargai jasa besar para pendamping desa yang telah berdedikasi dalam menggerakkan pembangunan di desa-desa seluruh Indonesia. Dengan segala tantangan yang dihadapi, mereka telah menjadi pilar utama dalam membantu mewujudkan visi desa mandiri dan berkelanjutan melalui penerapan berbagai strategi pembangunan, termasuk Indeks Desa Membangun (IDM) dan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa.
Namun, di tengah peringatan ini, tidak dapat dipungkiri bahwa ketidakpastian mengenai keberlanjutan kontrak para pendamping desa menyelimuti banyak pihak. Masa depan yang belum jelas ini bisa menjadi tantangan, tetapi juga bisa menjadi peluang untuk terus mengabdikan diri kepada desa dengan cara yang berbeda. Apa saja yang dapat dilakukan oleh pendamping desa dengan bekal ilmu pemberdayaan yang telah diperoleh selama bertahun-tahun? Berikut beberapa peluang dan harapan yang dapat digali oleh para pendamping desa.
Mendirikan Konsultan Pembangunan Desa
Pengalaman berharga selama mendampingi desa-desa dalam program pemberdayaan membuka peluang bagi pendamping desa mendirikan konsultan pembangunan desa.Â
Keahlian dalam pengelolaan dana desa, perencanaan pembangunan, hingga pelaksanaan program berbasis SDGs Desa menjadi aset penting. Konsultan ini dapat membantu desa-desa lain dalam mengoptimalkan potensi mereka dan mempercepat kemajuan dalam pembangunan infrastruktur, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.
Konsultan pembangunan desa ini tidak hanya dapat melayani desa-desa yang memerlukan pendampingan teknis, tetapi juga menjadi mitra strategis bagi pemerintah daerah dalam memastikan program-program desa berjalan efektif dan sesuai sasaran. Dengan demikian, meskipun tidak lagi dikontrak sebagai pendamping resmi, kontribusi tetap dapat dirasakan melalui lembaga konsultan ini.
Mendirikan Sekolah atau Madrasah Berbasis Pemberdayaan
Pendamping desa tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan sumber daya manusia.Â
Dengan bekal ilmu yang diperoleh selama mendampingi desa, pendamping dapat mendirikan sekolah atau madrasah berbasis pemberdayaan. Sekolah ini bisa menggabungkan pendidikan formal dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa, seperti pertanian berkelanjutan, pengelolaan usaha mikro, atau teknologi tepat guna.
Sekolah atau madrasah ini tidak hanya mendidik siswa dari sisi akademis, tetapi juga memberikan mereka keterampilan untuk berdaya di tengah masyarakat. Dengan kurikulum yang berfokus pada pemberdayaan dan kemandirian, lulusan sekolah ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan di desa mereka, yang mampu menciptakan solusi bagi tantangan yang dihadapi desa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!