[caption id="attachment_347914" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana berbuka puasa "][/caption]
Berlokasi di kediaman dinas Jl. Denpasar Raya Blok C3 No. 8 Jakarta, Senin, (14/7/2014), Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman berbuka puasa bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dalam suasana yang penuh keakraban dan bahagia. Presiden dan Wakil Presiden tiba bersama istrinya masing-masing, Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono dan Herawati Boediono.
Presiden tiba pukul 16.50 WIB. Mengenakan kemeja senada dengan Ketua DPD, dia disambut Irman yang memakai kemeja warna ungu. Mereka beriringan memasuki rumah. Di dalam rumah, Wakil Presiden telah menunggu. Tenda besar bernuansa emas dan krem berdiri di depan rumah. Pukul 17.00 WIB, acara dimulai dengan sambutan shohibul bait Ketua DPD, ceramah agama profesor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Zainun Kamaludin Faqih, sepatah dua patah kata Presiden seperti lazimnya Ramadhan lalu, kemudian berbuka puasa seiring kumandang azan Maghrib.
Acara berbuka puasa bersama Presiden saban Ramadhan bergilir di kediaman dinas para pimpinan lembaga negara. Acara ini sekaligus ajang bersilaturahim para pimpinan lembaga negara. Sebelumnya, Presiden berbuka puasa bersama di rumah dinas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie di Jl. Widya Chandra III No. 10 Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Para pimpinan lembaga negara yang hadir di antaranya Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva, Marzuki bersama istrinya, Asmawati yang juga anggota DPD; serta dua Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Melani Leimena Suharli dan Ahmad Farhan Hamid; serta sejumlah politisi seperti Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Theo L Sambuga, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Saleh Husen, dan Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim.
Beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II juga hadir, di antaranya Menteri Koordinator (Menko) bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Djoko Suyanto, Menko bidang Perekonomian Chairul Tanjung, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono, dan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Balthasar Kambuaya.
Selain Wakil Ketua DPD Gusti Kanjeng Ratu Hemas, sejumlah anggota DPD periode 2009-2014 hadir semisal Parlindungan Purba, Abdul Gafar Usman, Juniwati Tedjasukmana Masjchun Sofwan, Andi Mappetahang Fatwa, Ahmad Subadri, Farouk Muhammad, Nurmawati Dewi Bantilan, John Pieris, Matheus Stefi Pasimanjeku, dan Mervin Sadipun Komber. Ketua DPD pun mengundang para anggota DPD terpilih untuk periode 2014-2019 seperti Fahira Idris, Dailami Firdaus, Oni Suwarman, Aceng Holik Munawar Fikri, dan Nono Sampono.
Dalam sekapur sirihnya, Presiden menyimpulkan empat pihak yang berkemelut dalam pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), MK, serta kedua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Ia berpesan agar keempatnya bersikap benar, arif, dan tepat.
“Ada empat pihak: KPU, MK, pasangan capres cawapres satu, dan pasangan capres dan cawapres satunya lagi. Jika keempatnya bersikap benar, arif, dan tepat maka Insya Allah demokrasi kita tidak akan tercoreng, yang susah payah kita rintis dan kembangkan sejak tahun 1998,” katanya.
“Kita tidak ingin setback, kemunduran demokratisasi, dalam proses konsolidasi dan pematangan demokrasi di negeri tercinta ini. Berpulang kepada kita, Insya Allah Indonesia bisa.” Menyikapi kemelut pemilu, ia berpesan agar keempatnya bertindak benar, arif, dan tepat seraya mengedepankan rasa tanggung jawab dan kecintaannya kepada bangsa. “Tinggallah kita semua menjadi wasit, memastikan semuanya berjalan benar,” ucapnya.
Dengan masyarakat menjadi wasit, Presiden berharap akan mulus mengakhiri masa tugasnya tanggal 20 Oktober 2014. “Saya bisa melaporkan kepada bangsa ini, terima kasih telah memberikan dukungan kepada saya, minta maaf atas kekurangan saya, saya bersyukur bisa meletakkan tradisi politik yang baru: ada transisi kepemimpinan, suksesi kepemimpinan yang baik. Kemudian, kita sambut suka cita presiden dan wakil presiden yang baru, kita dukung pemerintahannya. Begitulah etika bernegara.”
“Kedamaian ada di dalam hati, deep in our hearts. Kedamaian juga state of mind. Kalau bangsa Indonesia berangkat dari diri kita, salam kita taburkan di tengah-tengah kehidupan bangsa ini, Insya Allah damailah Indonesia. Selamatlah perjalanan negeri ini. Tidakkah kita ingin menjalankan amanah para pendiri republik, the founding fathers, untuk membangun negeri ini makin ke depan makin baik, menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.”
Tanpa intervensi pihak asing